Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
GARAM dipilih Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagai salah satu solusi mengatasi kekeringan panjang. Seperti diungkapkan juru bicara BNPB Agus Wibowo, pihaknya tengah menyiapkan teknologi modifikasi cuaca dengan melakukan penyemaian awan menggunakan garam.
“Wilayah yang menjadi prioritas dan butuh hujan buatan segera ialah Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali. Hari tanpa hujan di wilayah itu sudah mencapai tiga bulan lebih,” ungkapnya, di Jakarta, kemarin.
Modifikasi cuaca untuk mengatasi kekeringan akan dilakukan segera. BNPB masih menunggu potensi awan hujan yang cukup untuk mendorong hujan buatan.
Agus mengatakan BNPB sedang mengajukan bantuan dua pesawat dari TNI untuk melakukan operasi tersebut. Penyemaian awan akan dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang bersifat menyerap air, seperti garam, untuk meningkatkan proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan.
“Kalau ada awan-awan potensial, bisa dalam 1-2 hari setelah penyemaian dilakukan bisa menjadi hujan. Agar cukup hujannya, bisa dilakukan sekitar satu bulanan operasi penyemaian,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan lebih dari 92% wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau. Puncak kemarau akan berlangsung Agustus-September. BMKG juga memprediksi kemarau masih berlanjut hingga tiga bulan ke depan.
Bendungan mengering
Tahun ini, kekeringan juga menyebabkan 10 dari 16 bendungan utama di Indonesia terdampak. Dari hasil identifikasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, ke-10 bendungan yang mengalami penyusutan cadangan air ialah Jatiluhur, Kedungombo, Batutegi, Wonogiri, Sutami, Wonorejo, Cacaban, Selorejo, Way Rarem dan Batu Bulan.
Penyusutan paling parah terjadi di Kedungombo yang hanya memiliki volume air 328,35 juta meter kubik, jauh dari angka normal yang mencapai 688,41 juta meter kubik. Di urutan kedua, Batu Bulan dari normal 51,94 juta meter kubik susut menjadi 22,4 juta meter kubik.
“Saat ini ketersediaan air di 10 bendungan itu akan diprioritaskan untuk kebutuhan air bersih masyarakat. Adapun untuk keperluan irigasi, akan dilakukan penggiliran jatah air, sesuai masa tanam,” ungkap Direktur Jenderal Sumber Daya Air Hari Suprayogi.
Kondisi Cacaban juga tidak kalah memprihatinkan. Koordinator Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Kuswandi, menyatakan dari volume normal 49 juta meter kubik, air waduk hanya tersisa 29 juta meter kubik.
“Seharusnya waduk ini mampu mengairi 17 ribu hektare sawah. Karena penyusutan ini, air waduk hanya bisa mengaliri areal persawahan di sekitar waduk,” tambahnya.
Suplai air ke wilayah terdampak kekeringan terus dilakukan sejumlah daerah di Jawa Tengah. Di Klaten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah terus mengirim air bersih ke 14 desa terdampak.
“Total sudah 368 tangki air kita kirim ke lima kecamatan. Desa dengan kondisi terparah berada di lereng Gunung Merapi, di Kecamatan Kemalang dan Jatinom,” ungkap Kabid Kedaruratan, Yuwana Haris.
Kondisi di Cilacap lebih memprihatinkan. Anggaran untuk mendistribusikan air bersih dari APBD sudah habis sehingga pemerintah kabupaten mendorong pihak ketiga membantu warga.
“Dana APBD hanya cukup untuk menyalurkan 110 tangki air dan sudah habis. Kami berharap pihak swasta dan perusahaan-perusahaan membantu warga yang mengalami krisis air bersih,” ungkap Kepala Plh BPBD Tri Komara Sidhy. (Sru/Pra/JI/JS/LD/AD/AT/AU/CS/FB/PO/RF/N-2)
BEBERAPA desa di kawasan lereng Gunung Merapi, di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, kini mengalami kekeringan
Pemantauan Media Indonesia, Kamis (31/7) hujan masih turun di sejumlah daerah di Jawa Tengah terutama di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, namun dengan intensitas yang menurun.
Mundurnya musim tanam disebabkan adanya revitalisasi atau perbaikan saluran irigasi baik air yang mengalir melalui Saluran Induk Cipelang dan Saluran Induk Sindupraja.
Selain itu, BPBD juga akan membangun tiga sumur bor untuk mengatasi krisis air bersih.
KEMARAU panjang semakin berlanjut menyelimuti kawasan Provinsi Aceh.
“Sampai hari ini belum ada permintaan, meskipun prakiraan musim kemarau sebenarnya sudah dimulai pada dasarian ketiga bulan Mei. Tapi kita siapkan,”
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved