Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Kemenkes Kesulitan Teliti Kayu Penyembuh Kanker

Surya Sriyanti
20/8/2019 18:45
Kemenkes Kesulitan Teliti Kayu Penyembuh Kanker
Kayu bajakah yang ramai dijual di car free day bundaran besar Palangka Raya.( MI/sriyanti)

TIM peneliti dari Balai besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Litbang Kementerian Kesehatan mengaku  kesulitan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai khasiat kayu bajakah asal Kalimantan Tengah (Kalteng) yang dikatakan bisa menyembuhkan penyakit kanker.

Hal ini disampaikan salah seorang peneliti Mujahid kepada wartawan di Palangka Raya, Selasa (20/8). Sebagai peneliti, Mujahid tertarik untuk meneliti kayu bajakah ini dan memang sudah seharusnya ada penelitian lanjutan.

"Tapi kenyataannya, si pemilik bajakah tunggal masih meng-keep dan belum mau membuka. Sementara di luar sana banyak yang diperjualbelikan dan kita tidak tahu apakah asli atau tidak," ujarnya usai melakukan pembahasan masalah kayu bajakah dengan jajaran Pemprov Kalteng.

Padahal, kata dia, sudah seharusnya kalau memang mau melindungi masyakat dari bahan yang tidak sesuai dan diinginkan seperti yang terdapat di pasaran, harus diuji terlebih dulu.

Pengujian ini menyangkut apakah kayu bajakah itu mempunyai khasiat antikanker atau tidak.

"Tetapi kalau tidak punya khasiat sebagai antikanker, masyarakat harus diedukasi bahwa bajakah yang dipasaran itu tidak mempunyai khasiat jadi harus disetop," tegasnya.

Baca juga: Segera Teliti Lebih Lanjut Kandungan Bajakah

Dengan tindakan seperti itu diharapkan kekhawatiran terhadap kerusakan hutan bisa berhenti. Tapi bila itu tidak dihentikan maka persepsi semua orang mengenai kayu bajakah yang mempunyai khasiat sebagai antikanker bisa terjadi dan akhirnya diambil serta dijual semua.
 
Saat ini, menurut dia, yang harus dilakukan segera yakni bajakah yang ada di pasaran diambil lebih dulu untuk kemudian diujikan ke laboratorium. Bagaimana khasiatnya, sebandingkah dengan obat modern.

"Nanti dengan data itu, kita bisa merekomendasikan bahwa bajakah boleh digunakan atau tidak," ungkapnya.

Diakuinya, untuk penelitian lebih lanjut obat tradisional butuh waktu panjang tapi setidaknya dalam satu bulan bisa dikerjakan.

"Namun bila untuk obat prosesnya tahunan," jelas Mujahid.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan spesies kayu bajakah jumlahnya mencapai 200 jenis dan bila semua diteliti akan memerlukan waktu lama.

"Di sisi lain, yang tahu khasiat kayu bajakah ini adalah orang-orang tertentu dan saya sendiri juga tidak mengetahui jenis bajakah yang dimaksud," ujarnya.

Hal ini dikarenakan untuk obat tradisional biasanya berbasis pada pengalaman orang lain yang menggunakan dan sebetulnya tak perlu dibuktikan.

"Contohnya jamu kalau sudah mengakui khasiatnya tak perlu lagi dibuktikan," imbuhnya.

Karena itu, Suyuti mengimbau agar masyakat selektif dan berhati-hati menggunakan bajakah. Selain itu apabila masih menggunakan obat Dokter jangan sampai dihentikan hanya karena bajakah.

"Iya kalau bajakahnya benar tapi kalau tidak bisa berujung kematian," pungkasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya