Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Alat Pendeteksi Gempa BMKG Palu Dicuri

M Taufan SP Bustan
26/7/2019 14:28
Alat Pendeteksi Gempa BMKG Palu Dicuri
Ilustrasi(Antara )

ALAT pendeteksi gempa BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Palu, Sulawesi Tengah, dicuri. Akibatnya gempa dengan guncangan kecil atau di bawah 3 skala richter tidak akurat ditangkap. Kepala Seksi Observasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Palu, Bambang Haryono mengatakan, alat pendeteksi gempa yang hilang tersebut berada di stasiun mini Desa Pombewe, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi. Seperangkat alat yang hilang itu antara lain sensor (nano metrik), solar sel, aki, dan regulator.  

"Atas kehilangan ini kami sudah melapor ke Polres Sigi dan tengah diproses," terang Bambang kepada Media Indonesia di Palu, Jumat (26/7).

Ia menduga alat deteksi itu dicuri karena hilangnya tidak bersamaan. Bambang merinci pada pertengahan Mei alat pertama yang hilang adalah sensor. Kemudian disusul solar sel, aki hingga regulator pada 16 Juli lalu.

"Padahal Mei lalu kami mengecek sensor itu pintu stasiun dikunci. Setelah kami cek kembali pada Juli sudah hilang lagi alat lainnya. Ini berarti dicuri," ungkap Bambang.

Ia menjelaskan alat pendeteksi itu awal diketahui hilang setelah petugas di kantor BMKG Stasiun Geofisika tidak menerima rekaman dari alat pendeteksi di stasiun Pombewe. Karena tidak ada data yang masuk, petugas kemudian melalukan pengecekan.

"Setelah sampai di stasiun Pombewe, sensor sudah tidak ada. Wajar kalau tidak bisa mendeteksi gempa," tegas Bambang.

Alat pendeteksi itu dipasang di tengah hutan yang berjarak kurang lebih 500 meter dari pemukiman padat penduduk warga di Desa Pombewe. BMKG pun menduga, warga sekitar adalah pelaku pencurian tersebut.

"Kemungkinan besar warga sekitar. Mungkin mereka tidak tahu itu alat apa, jadi mau ambil saja," tandas Bambang.

Sementara itu Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Palu Nugroho Cahyo menambahkan, bahwa kerugian negara atas hilangnya alat pendeteksi gempa ini mencapai Rp700 juta. Pasalnya, untuk harga sensor sangat mahal dan mencapai ratusan juta. Sensor tersebut berasal dari Kanada.

"Kalau solar sel, aki, dan regulator itu tidak terlalu mahal dan mudah untuk ditemukan di Indonesia. Nah, yang susah itu sensornya karena harus pesan lagi ke Kanada," jelas Nugroho.

Akibat hilangnya alat pendeteksi otomatis stasiun mini Pombewe tidak berfungsi. Oleh karena itu, BMKG Stasiun Geofisika tidak akan akurat lagi mendeteksi gempa.

baca juga: Tak Sekadar Pintar Ngaji, Santri Didorong Mandiri Ekonomi

"Untuk karakter gempa kecil akan susah dideteksi. Apalagi sekarang tinggal dua stasiun mini yang aktif dari empat stasiun yang ada di Palu," ujarnya.

Saat ini tersisa stasiun mini Labuan dan Baluase yang aktif mendeteksi gempa. Sedangkan stasiun mini Pombewe dan Sadaunta nonaktif. Padahal untuk mendapat akurasi laporan gempa dibutuhkan minimal tiga stasiun. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya