Pemerintah Awasi Mutasi Virus Flu Burung di Pasar Unggas Hidup

Arnoldus Dhae
16/6/2019 14:30
Pemerintah Awasi Mutasi Virus Flu Burung di Pasar Unggas Hidup
MI(MI)

SEJAK 2009, Kementerian Pertanian (Kementan) telah melakukan surveilans flu burung (FB) atau avian influenza (AI) di pasar unggas hidup (live bird market/LBM) wilayah Jabodetabek untuk memonitor virus AI H5N1 dan efektivitas program pengendalian FB dari daerah asal unggas hidup.

Kemudian, surveilans LBM diperluas ke wilayah di bawah unit pelaksana teknis balai veteriner di seluruh Indoneaia, serta menjadi bagian dari program surveilans rutin AI.

Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Fadjar Sumping Tjatur Rasa mengatakan kegiatan surveilans LBM ini berhasil memonitor kemajuan pengendalian AI, mengidentifikasi awal munculnya virus AI baru dan mendata profil dasar pasar unggas hidup di.wilayah target surveilans.

Berdasarkan data Kementan, angka tahunan kasus FB turun dari 2.751 pada tahun 2007 ke 476 di tahun 2018. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh, serta diketahui dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

Flu burung adalah penyakit yang dapat ditularkan ke manusia (zoonosis) dan Indonesia mulai tertular virus flu burung sejak tahun 2003 lalu menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja.

Baca juga: Kinerja Kementan dalam Usaha Pengendalian Flu Burung Diapresiasi

Dalam rangka melindungi kesehatan manusia dan produksi ternak unggas di Indonesia, pemerintah gencar melakukan program pengendalian dan penanggulangan FB termasuk surveilans LBM.

Sementara itu, Luuk Schoonman dari FAO ECTAD Indonesia menjelaskan kegiatan ini mampu memonitor sirkulasi virus AI baik virus H5N1 galur (clade) 2.1.3 ataupun 2.3.2 serta mendeteksi awal munculnya virus influenza baru, seperti pada surveilans virus H9N2 dan virus influenza A subtipe lainnya.

"Suksesnya kegiatan surveilans ini tidak lepas dari kerja sama yang baik antara lembaga/instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, akademisi, mitra kerja dan donor, para petugas surveilans pasar serta para penguji di laboratorium," jelas Fadjar.

Saat ini, pihaknya pun tengah bekerja sama dengan FAO melalui dukungan USAID terkait surveilans LBM. Ia pun menyebut masih menemui tantangan keberlanjutan, terutama keterlibatan semua pihak untuk berbagi perencanaan dan pelaksanaan surveilans LBM.

Oleh karena itu, ciharapkan semua pihak terkait dapat merencanakan surveilans LBM sebagai bagian dari program pencegahan, pengendalian, dan penganggulangan FB di wilayah masing-masing serta dalam rangka penguatan sistem monitoring virus FB secara online (IVM Online).(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya