Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Selama Januari-Februari, 37 Warga Gunungkidul Terkena DBD

Agus Utantoro
05/2/2019 10:45
Selama Januari-Februari, 37 Warga Gunungkidul Terkena DBD
Seorang kader Ibu Memantau Jentik (Bumantik) menempelkan stiker bebas jentik nyamuk di salah satu rumah warga saat Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (1/2/2019).(Ilustrasi -- ANTARA FOTO/Moch Asim)

SELAMA Januari hingga awal Februari ini, tercatat sebanyak 37 warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkena Demam Berdarah Dengue (DBD). Angka  ini lebih tinggi hampir dua kali lipat dibanding periode yang sama pada 2018 yang hanya 19 orang.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka, Senin (4/2), mengatakan mengantisipasi agar tidak terjadi ledakan jumlah penderita, Dinas Kesehatan meminta para Jumantik (Juru Pemantau Jentik) lebih aktif melakukan pemantauan.  

"Diharapkan pula setiap rumah ada yang selalu melakukan pemantauan," katanya.

Ia mengharapkan masyarakat juga terus menerus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Baca juga: Korban Meninggal Akibat DBD di NTT Bertambah jadi 16 Orang

"Gerakan PSN dan pemantauan jentik merupakan kegiatan yang penting untuk pencegahan nyamuk berkembang biak," ujarnya.

Ia menambahkan, jika jumlah jentiknya sudah melebihi ambang batas, akan dilakukan fogging (pengasapan).

"Fogging tidak bisa dilakukan asal-asalan, harus melalui kajian terlebih dahulu," ujarnya.

Untuk wilayah endemik, Priyanta menyebut ada dua kecamatan dengan penderita paling banyak, yakni Kecamatan Karangmojo, da Wonosari.

Kasus DBD menyerang di segala usia, dari anak-anak hingga orang dewasa. Di sisi lain, juga ada sejumlah wilayah kecamatan yang belum ditemukan adanya orang yang terkena DBD.

"Diharapkan ini dipertahankan," katanya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya