Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
KASUS serangan demam berdarah dengue (DBD) di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terus menurun signifikan. Dari 145 kasus pada 2017 menjadi 24 kasus pada 2018. Dan, di awal 2019, dinas kesehatan belum menerima laporan kasus DBD.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan keberhasilan tersebut tidak terlepas dari keterlibatan aktif masyarakat melalui gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik).
"Itu kami jalankan sejak 2017 lalu, dibarengi insentifikasi gerakan perilaku hidup bersih dan sehat serta pemberantasan sarang nyamuk," katanya, Minggu (27/1).
Gerakan tersebut dilakukan secara masif di seluruh wilayah dan dipantau oleh kader yang ada di setiap kelurahan dan koordinator jumantik di tingkat RW.
Baca juga: Jumlah Kasus DBD di Kupang Terus Meningkat
Pemantauan dilakukan secara berkala satu pekan sekali melalui lembar pemantauan yang ditempel di depan rumah setiap warga.
"Tugas pemilik rumah adalah mengawasi bak-bak penampungan air dan mengisi lembar pemantauan dengan jujur," kata Siti.
Meski sederhana, upaya itu efektif untuk memotong mata rantai perkembangan nyamuk aedes aegepty selaku pembawa virus dengue penyebab DBD.
Siti menambahkan, di antara kelurahan yang berhasil menurunkan angka kasus DBD, yang paling menarik adalah Kadipiro.
Kelurahan tersebut pada 2017 menempati peringkat tertinggi kasus DBD dengan 61 kasus dan pada 2018 dinyatakan bebas.
Itu terjadi setelah warga menjalankan program sentolop yang isinya gerakan satu rumah satu jumantik, pemberantasan sarang nyamuk, dan perilaku hidup bersih dan sehat.
"Ke depan upaya itu akan terus ditingkatkan," katanya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved