Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
GUBERNUR Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan seluruh sekolah di wilayahnya untuk mewaspadai genangan atau tampungan air yang menjadi tempat berkembangnya nyamuk aedes aegypti.
"Saya sudah buat surat edaran ke daerah terkait demam berdarah (DBD) di Jawa Tengah, agar ada jumantik di setiap keluarga. Lalu kepada sekolah juga harus waspada, karena di lingkungannya pada musim hujan banyak genangan, tampungan air, yang menjadi sarang nyamuk. Terutama pada pagi hingga siang hari, yang menjadi waktu nyamuk itu mengancam anak-anak," tegas Ganjar menjawab Media Indonesia usai memimpin rakor kepala daerah yang menjadi bagian kader partai koalisi pemenangan Jokowi-Amin, di Solo, Sabtu (26/1) siang.
Menurut dia, persoalan sebaran demam berdarah menjadi perhatian serius Pemprov Jateng bersama 35 daerah di provinsi ini, seiring dengan kasus KLB DBD di kabupaten Sragen.
Baca juga: Cegah DBD, Klaten Intensifkan Program RW Sehat
Dalam kasus DBD di Kabupaten Sukowati, memunculkan tiga korban penderita meninggal dunia dan hampir 400 warga terpapar, kini dalam perawatan. Untuk itu, pemkab telah membentuk Posko Penanggulangan DBD dari tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten.
"Jadi semua serius, keroyokan untuk memberantas sarang nyamuk secara bersama, agar sebaran bisa ditekan dan tidak lagi muncul korban baru. Setiap keluarga harus memiliki satu jumantik, sehingga kebersihan terjaga, genangan air tidak ada lagi," imbuh gubernur berambut putih itu.
Daerah, lanjut Ganjar, harus terus melakukan sosialisasi kepada warga pada musim hujan yang memantik pertumbuhan jentik-jentik nyamuk.
"Pokoknya harus dikeroyok ramai-ramai, gerakan PSN harus masif, dan jumantik harus lebih berdaya," pungkasnya.(OL-5)
MUSIM kemarau basah merupakan kondisi yang memungkinkan timbul dan merebaknya berbagai penyakit. Di antaranya seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
DOKTER spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe menyebut terdapat penjelasan mengapa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sulit sekali dihentikan.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hingga 2 Juni 2025 terdapat 277 kasus kematian akibat DBD dari 63.014 kasus incidence rate dari berbagai daerah.
Hari Kesadaran Kekerasan terhadap Lansia Sedunia diperingati WEAAD pertama kali diperingati pada 15 Juni 2006 dan diakui oleh PBB.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved