Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Jumlah Penderita DBD di Jatim Meningkat 47%

Antara
22/1/2019 15:00
Jumlah Penderita DBD di Jatim Meningkat 47%
(ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

DINAS Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur (Jatim) menyatakan, jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah itu pada Januari ini meningkat hingga 47% dibanding bulan yang sama pada 2018.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Jatim, Siti Murtini, di Surabaya, Selasa (22/1), mengatakan, penderita DBD di Jatim pada
bulan ini sebanyak 1.634 orang. Sebanyak 32 di antaranya meninggal dunia, sedangkan di bulan yang sama pada 2018 hanya 1.114 penderita.

"Ini sudah jelas karena kita musim penghujan. Biasanya kalau musim penghujan tiba itu pasti akan diikuti dengan peningkatan penyakit DBD. Kalau angkanya, dibandingkan Januari 2018 itu kelihatan ada peningkatan sampai 47 persen. Dari 1.114 kasus meningkat menjadi 1.634 kasus," katanya.

Siti menjelaskan, berdasarkan data yang ada, kasus DBD tertinggi di Jatim, terjadi di Kabupaten Tulungagung dengan 223 kasus dan tiga orang dinyatakan meninggal akibat penyakit tersebut.

Peringkat kedua ditempati Kabupaten Kediri dengan 160 kasus penyakit DBD, 10 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Selanjutnya Kabupaten Bojonegoro dengan 114 kasus penyakit DBD, dan dua orang dinyatakan meninggal dunia.

Kabupaten Ngawi berada di peringkat keempat dengan angka 99 kasus penyakit DBD, di mana dua orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Peringkat kelima adalah Kabupaten Blitar dengan angka 82 kasus, di mana satu orang di antaranya meninggal dunia. Hanya di Kota Batu yang tercatat tidak ada kasus penyakit DBD.

Siti mengaku, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka penyakit DBD di Jatim. Salah satunya dengan dikeluarkannya surat edaran dari Gubernur Jatim, Soekarwo, yang ditujukan kepada seluruh Bupati/Wali Kota untuk melakukan gerakan-gerakan pemberantasan sarang nyamuk.

“Kami juga tingkatkan program terbaru yaitu satu rumah satu jumantik. Harapannya, jentik yang di lingkungan rumah itu menjadi tidak ada. Kalau jentik tidak ada nyamuk tidak ada," katanya.

Baca juga: Penderita DBD Melonjak Drastis

Siti mencontohkan daerah yang berhasil menekan angka DBD adalah Surabaya. Jika di tahun-tahun sebelumnya Surabaya selalu peringkat pertama kasus DBD, pada 2019 berada di peringkat ke-30.

"Adanya upaya dari Wali Kota Surabaya yang gencar melakukan gerakan satu rumah satu jumantik dengan melakukan pelatihan setiap tahun kepada guru, siswa dan ibu rumah tangga maka jumlah jentik menurun dan angka bebas jentiknya meningkat," ujarnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya