Toleransi Membumi di Lereng Merbabu

(Akhmad Safuan/X-8)
27/12/2018 10:45
Toleransi Membumi di Lereng Merbabu
(Ist)

TOLERANSI antarumat beragama sebagai gambaran Indonesia berada di dusun kecil di lereng Gunung Merbabu. Warga beragama Buddha, Islam, Nasrani, dan penganut kepercayaan di Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, berkumpul untuk menyambut dan sekaligus memberikan ucapan selamat Natal.

Cuaca yang sedikit mendung sejak pagi tidak membuat sekitar 750 warga dusun itu enggan keluar rumah. Dengan berdandan rapi, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa berkumpul di jalan kampung yang memanjang di lereng gunung.

Mereka berjajar, sedangkan umat Nasrani berdiri di depan rumah untuk menyambut. “Selamat Natal ya, semoga memberikan kedamaian lahir dan batin,’’ ucap warga sambil menyalami warga beragama Nasrani itu.

Senyum kegembiraan dan tawa persaudaraan yang kekal terpancar dari wajah-wajah mereka. “Tidak hanya Natal, warga dusun juga selalu berkumpul dan saling memberikan selamat pada hari besar keagamaan,’’ kata Kepala Dusun Thekelan, Supriyo.

Di dusun dengan mayoritas warga memeluk agama Buddha itu, lanjut dia, toleransi benar-benar membumi. Toleransi tidak hanya diucapkan, tetapi betul-betul direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi warga, perbedaan bukan alasan untuk membuat sekat, melainkan menjadi penyemangat untuk bersahabat. Bahkan, toleransi di Dusun Thekelen sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka.

Pagi itu, Selasa (25/12), dipimpin tokoh agama Buddha, Sukhadhamma Sukarmin, warga mendatangi gereja yang ada di dusun. Setelah umat Nasrani selesai beribadah, mereka memberikan ucapan selamat Natal dengan bersalaman dan berpelukan.

Umat Islam yang dipimpin Sutiman berada di barisan berikutnya dan memberikan ucapan yang sama.

‘’Selamat Natal, ya,’’ ucap mereka.

Pemimpin Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Thekelen, Petrus Sukiman, menyambut gembira ucapan selamat ratusan warga beda agama itu. ‘’Terima kasih saudara-saudaraku, kedamaian ini akan membawa berkah bagi umat manusia,’’ ucapnya.

Sutiman mengatakan toleransi antarumat beragama yang ditunjukkan warga Thekelan sudah berlangsung amat lama. Ketika umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa pun, warga lain yang beda agama menunjukkan penghormatan pula. Mereka tidak makan atau minum di tempat terbuka. ‘’Kalau Lebaran, warga beragama lain juga berkumpul untuk memberikan ucapan selamat dan bermaaf-maafan,’’ tutur Sutiman.

Pun ketika Waisak. Pada hari raya umat Buddha itu, menurut Sukhadhamma Sukarmin, warga beragama Islam atau Kristen juga berkumpul di Wihara Thekelan untuk memberikan ucapan selamat. “Ini merupakan toleransi dan Thekelan sebagai gambaran Indonesia kecil.”



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya