Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

3,8 Juta Masyarakat Pesisir Rawan Terdampak Tsunami

Indriyani Astuti
26/12/2018 17:24
3,8 Juta Masyarakat Pesisir Rawan Terdampak Tsunami
(MI/ROMMY PUJIANTO )

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, mitigasi kebencanaan harus dikembangkan. Pasalnya banyak masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. BNPB mencatat, ada 108,4 juta jiwa yang tinggal di daerah rawan gempa. Sementara itu, di daerah pesisir ada 3,8 juta jiwa yang tinggal secara permanen yang berisiko apabila tsunami terjadi.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan saat ini sudah ada sistem peringatan dini tsunami yang diakibatkan oleh aktivitas tektonik seperti gempa yang dikembangkan oleh Badan Klimatologi, Meteorologi dan Geofisika (BMKG), namun untuk tsunami yang disebabkan oleh letusan gunung api atau longsornya material gunung yang ada di laut, belum ada permodelan sistem peringatan dini untuk itu. Oleh karena itu, menurut BNPB, pengembangan sistem peringatan dini untuk tsunami ke depan.

"Sistem peringatan dini tsunami oleh aktivitas tektonik sudah berjalan dengan baik. BMKG bisa menginformasikannya dalam periode 2-5 menit setelah terjadi gempa, maka keluar peringatan dini tsunami," ujar Sutopo dalam konferensi pers terkait penanganan tsunami di Selat Sunda, di Gedung BNPB Jakarta, hari ini.

Sutopo memaparkan bahwa Indonesia pernah mempunyai alat pendeteksi tsunami yang cukup efektif yaitu Bouy pada 2008 lalu. Tetapi, alat yang berjumlah 22 itu sudah tidak beroperasi sejak 2012 karena rusak dan kurangnya anggaran untuk operasional. Dalam InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), buoy stunami hanya menjadi salah satu bagian dari peringatan dini stunami.

Tanpa buoy tsunami, peringatan dini tsunami (EWS) tetap berjalan karena peringatan dini tsunami berdasarkan pemodelan yang dibangkitkan dari jaringan seismik gempa yang terdeteksi.

Ia menjelaskan, Bouy tsunami hanya untuk meyakinkan bahwa tsunami terdeteksi di lautan sebelum menerjang pantai. Saat tsunami sudah menerjang pantai, tinggi tsunami terdeteksi dari alat/jaringan pasang surat dan GPS di pantai.

Idealnya dalam InaTEWS semua komponen itu tersedia, baik dari hulu hingga ke hilir. Namun memerlukan peralatan dan biaya operasional yang cukup besar setiap tahunnya.

"Untuk satu unit Bouy, produk luar negeri biayanya Rp 7-8 Miliar," kata Sutopo.

Mengenai mitigasi ia mengingatkan, bahwa deteksi dini hanya bagian dari mitigasi kebencanaan. Hal yang tidak kalah penting ialah membuat masyarakat paham akan mitigasi bencana setelah terjadi peringatan, membangun kesadaran dan kesiapsiagaan.

Sebab, ketersediaan waktu menyelamatkan diri (golden time) bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami untuk menyelamatkan diri dari datangnya tsunami, hanya kurang dari 1 jam (20-40 menit). Itu karena tsunami di Indonesia bersifat lokal artinya sumber gempa pemicu tsunami berada di sekitar wilayah Indonesia.

"Jangan hanya mencagkup peringatan dini dengan memasang sensor di Selat Sunda. Permasalahannya, bagaimana membuat masyarakat paham akan mitigasi bencana setelah terjadi peringatan, membangun kesadaran dan kesiapsiagaan," tukasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya