Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
WARGA Kampung Cikareumbi RW 3, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Bandung Barat, melakukan aksi perang tomat.
Sebanyak 2,2 ton tomat dilemparkan satu warga ke warga lain saat kegiatan Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat, Minggu (28/10). Perang ini melibatkan banyak orang secara bersamaan, warga dibagi dalam dua kelompok prajurit saling serang. Untuk melindungi serangan dari musuh, para prajurit ini mengenakan pelindung seperti topeng, tameng serta tampan sebagai tempat menyimpan tomat yang akan dileparkan.
Keseruan dalam tradisi ini sangat terasa sekali. Warga dengan semangat saling menyerang. Tidak ada yang marah apalagi sampai baku hantam. Hanya terdengar suara riuh gelak tawa. Terlebih ketika tomat yang dilempar salah sasaran atau menyasar ke penonton.
Pada perang ini tidak hanya prajurit atau penari saja yang terlibat. Pada akhirnya semua penonton yang hadir turut berpartisipasi ikut berperang.
Mas Nanu Muda, pencetus perang tomat mengungkapkan, tujuan Rempug Tarung Adu Tomat adalah ungkapan membuang segala macam hal buruk di dalam diri manusia serta penyakit yang menyerang tanaman. Tomat yang digunakan sebagai alat berperang adalah tomat busuk atau tomat yang sudah matang sekali.
"Lempar atau perang tomat adalah filosofi membuang sifat buruk dari dalam diri manusia, jadi bukan perang secara fisik. Buang jauh-jauh sifat buruk seperti maksiat dan sebagainya," katanya.
Dia menyatakan, karena tomat yang digunakan adalah tomat busuk dan sudah tak layak konsumsi, jadi tidak ada yang mubazir. "Barang yang tadinya tak terpakai, ternyata masih bisa digunakan sebagai alat atau seni pertunjukan. Kalau ada yang mengatakan mubazir, tanyakan dulu asal-usul tomatnya," bebernya.
Selain membuang sifat buruk, dia melanjutkan, kegiatan ini sebagai bentuk rasa syukur warga atas diberikannya tanah subur dan air yang melimpah. Itu sebabnya setiap setahun sekali, warga mengadakan rangkaian ngaruat bumi, hajat buruan hingga puncaknya adalah perang tomat.
Dia mengungkapkan, sejarah perang tomat di Kampung Cikareumbi berawal dari anjloknya harga tomat pada 2011. Pada waktu itu, harga tomat tak sebanding dengan modal tanam yang harus dikeluarkan para petani sehingga mereka membiarkannya membusuk di kebun.
Dia mengaku, agenda tahunan ini berhasil menyedot perhatian wisatawan karena hanya satu-satunya diadakan di Indonesia. "Di dunia hanya ada dua, di Spanyol dan Indonesia, dan di Indonesia hanya diselenggarakan di kampung Cikareumbi saja," terangnya. (O-2))
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved