Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
ADA yang menarik dalam Musyawarah Nasional ke-2 Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) di Hotel Grand Asrilia Bandung, 12-13 Oktober 2018 lalu. Di barisan pengurus teras ISMI terlihat hanya ada satu perempuan. Dialah Hasdiana, 44, perempuan pengusaha kelahiran Bireun Aceh.
Wanita yang dikenal sebagai "pejuang hak-hak wanita Aceh" itu dengan semangat menyatakan bahwa perempuan Aceh itu sejatinya adalah tipe pekerja keras, kreatif dan mandiri.
"Wanita Aceh saat ini tengah menunjukkan jati dirinya sebagai bagian penting dari keluarga dan daerahnya. Mereka bukan cuma mampu mengurus suami dan anak-anak tetapi juga motor penggerak ekonomi kreatif UMKM," ujar Hasdiana, di Aceh, Senin (15/10).
Sebagai Sekretaris Korwil ISMI Propinsi Aceh, Hasdiana telah banyak melakukan edukasi, pendampingan dan membantu perempuan Aceh untuk memproduksi aneka produk kreatif UMKM yang berkualitas tinggi. Dalam beberapa kali event pameran di Eropa, produksi craft handmade buah tangan perempuan Aceh sangat digemari. "Bahkan tas rotan balutan kulit yang kami produksi tak kalah keren saat disandingkan dengan tas sekualitas Hermes," tuturnya saat rehat sambil menunjukkan foto-fotonya saat pameran di Eropa.
"Tidak itu saja, produk minyak nilam atau atsiri yang sudah dalam bentuk aromatherapi pun telah juga menjangkau ke Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Belanda hingga China," jelasnya.
Saat ini, pihaknya tengah serius membuat program untuk peningkatan taraf hidup perempuan Aceh di Kabupaten Aceh Utara dan Lhoksemauwe.
"Dahulu dua daerah itu terkenal kaya dan bergelimang dolar karena hadirnya industri raksasanya, tetapi setelah industri raksasa itu kandas kini menjadi daerah terbelakang sehingga angka kriminalitas termasuk tinggi. Untuk menanggulangi itu maka sudah seharusnya perempuan Aceh harus berkarya," paparnya.
Pernyataan Hasdiana itu menjawab amanat Ketua Umum ISMI Ilham A Habibie saat pembukaan Munas ISMI yang bertema "Menggalang Potensi dan Ukhuwah Saudagar Muslim Dalam Memperkuat UKM di Era Digital". Menurut Ilham, selama ini ada beberapa kendala pengembangan UMKM. Misalnya konsistensi kualitas produk yang disebutnya masih kerap berubah-ubah. Maksudnya, suatu produk UMKM terkadang di awal kualitasnya bagus, tapi kemudian menjadi kurang bagus.
Kemudian, tambahnya, modal juga kerap menjadi hambatan para pengusaha kecil ini melebarkan sayapnya. Alhasil produknya tidak bisa berkembang karena keterbatasan pembiayaan. (X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved