Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

BPS: Waspadai Kenaikan Harga Pascagempa

Antara
13/9/2018 10:30
BPS: Waspadai Kenaikan Harga Pascagempa
(Dok.MI/Atet Dwi Pramadia)

KEPALA Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Mataram Isya Anshori mengingatkan, pemerintah daerah agar mewaspadai kenaikan harga pascagempa bumi karena daya beli masyarakat kini mulai meningkat.

"Meskipun di bulan Agustus kita mengalami deflasi 0,07%, namun pascagempa bumi masyarakat sudah mulai memenuhi kebutuhannya bahkan mulai meningkat, sehingga harga perlu dijaga agar tetap stabil," katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (13/9).

Menurutnya, deflasi sebesar 0,07% tersebut sebagian besar disumbang oleh barang-barang produksi sendiri, seperti bawang merah, bawang putih, cabai, sayur-sayuran, dan daging ayam yang sebelumnya harganya tinggi kini sudah berada pada titik normal.

Begitu juga dengan harga cabai yang sebelumnya mencapai lebih di atas Rp50 ribu per kilogram, sekarang hanya berkisar Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram.

"Jenis makanan yang kita produksi sendiri itulah yang membuat harga relatif stabil sehingga terjadi deflasi di bulan Agustus," katanya.

Padahal, sambungnya, deflasi biasanya terjadi ketika daerah mulai panen raya karena stok mulai banyak, tetapi kondisi ini sedikit berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya.

"Untuk beras memang ada kenaikan sedikit, dan hal itu perlu terus diwaspadai agar bulan depan tidak menjadi penyumbang inflasi. Karena
itulah, kami mengajak pemerintah daerah untuk segera melakukan antisipasi dan normalisasi harga," katanya lagi.

Namun demikian, lanjutnya, walaupun Mataram mengalami deflasi di bulan Agustus tetapi untuk jenis barang yang bukan produksi dalam daerah seperti salah satunya besi baja itu mengalami peningkatan.

Hal tersebut dipicu karena permintaan tinggi di samping itu karena faktor harga dolar yang juga mengalami kenaikan sebab harga besi baja menyesuaikan dengan nilai tukar rupiah dengan dolar.

"Andil besi baja dalam hal inflasi mencapai 0,04 poin, padahal biasanya besi ini tidak pernah muncul menjadi andil inflasi," katanya.

Munculnya besi baja sebagai andil penyumbang inflasi diakuinya tidak pernah terjadi, sehingga ketika di bulan Agustus muncul dirinya merasa kaget dan kondisi ini terjadi secara nasional karena mengkuti harga dolar. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya