Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Kemarau Ekstrem, Petani Wonogiri tidak Berani Tanam Padi

Widjajadi
04/8/2018 22:50
Kemarau Ekstrem, Petani Wonogiri tidak Berani Tanam Padi
(ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

DAMPAK kemarau ekstrem yang menyebabkan sejumlah wilayah Kabupaten  Wonogiri tidak ada hujan selama lebih dari 60 hari, telah membuat  kalangan petani beberapa desa di kecamatan Selogiri dan Wonogiri tidak  berani tanam padi. Bahkan sebagian besar petani membiarkan sawahnya bero  pada musim tanam (MT) III ini, karena irigasi sudah tidak bisa diharapkankan lagi, seiring sudah mengeringnya Waduk Krisak di Desa Pare  dan Waduk Tandon di kawasan Giriwono.

Kepala BPBD Wonogiri Bambang Haryanto telah memperingatkan warga  termasuk petani untuk lebih berhemat dalam mengelola potensi air, agar  kekeringan tidak semakin parah. 

"Sektor pertanian memang bukan dalam  kewenangan BPBD, namun begitu, kami tetap mengingatkan, agar hemat air  terus dilakukan, termasuk sejumlah potensi sumber air harus dijaga,  untuk meminimalisasi dampak kemarau ekstrem ini," ujar Bambang Haryanto  ketika dikonfirmasi, Sabtu (4/8).

Sementara itu pantauan Media Indonesia, lahan pertanian seluas 1.178  hektare di sejumlah desa wilayah kecamatan Selogiri dipastikan sulit  untuk menghasilkan panen padi, seiring dengan tidak digarapnya  sawah-sawah tersebut, karena tidak ada lagi air irigasi yang bisa  dialirkan. Waduk Krisak yang selama ini menjadi gantungan petani, tidak  lagi menyisakan air yang bisa dialirkan.

Seperti Purwoto, petani Jendi menyatakan sudah biasa membiarkan sawah  mangkrak ketika memasuki MT III yang bersamaan dengan datangnya musim  kemarau. "Ya untuk kehidupan ya mempertahankan hasil panen MT I dan MT  II. Sulit mencari sumber air, dan ditanami palawija pun tidak tumbuh bagus," ujar dia yang menyebut sawahnya merupakan lahan kering.

Lahan kering di wilayah Selogiri, hanya bagus untuk MT I. Pada MT II air  irigasi Waduk Krisak pun sudah berkurang banyak, sehingga pengelolaan  tanaman padi tidak bisa maksimal. " Ketika MT II hasil produksi pun jauh  berkurang dibandingkan dengan panen MT I," ujar petani lain.

Begitu halnya dengan lahan sawah kering yang menggantungkan irigasi dari Waduk Tandon di Giriwono, kecamatan Wonogiri. Karena cepat mengering,  pada MT III ini, Waduk Tandon justru ditanami jagung.

Sejumlah petani Desa Pule dan Sendang Ijo maupun Nambangan dalam pada  musim kemarau ini masih terus berusaha keras, menyedot air dari irigasi  Dam Colo Barat yang juga semakin terbatas. Namun setidaknya sawah seluas  800 hektar masih bisa mendapatkan air irigasi. (A-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Agus Triwibowo
Berita Lainnya