Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
KRISIS air melanda Kabupaten Bandung Barat, tercatat puluhan ribu warga di lima kecamatan kesulitan memperoleh air bersih. Sebagai tindaklanjut, pemerintah berjanji akan menyalurkan pasokan air kepada warga yang terdampak.
Lima kecamatan tersebut di antaranya Cipongkor, Cipendeuy, Cikalongwetan, Parongpong dan Cisarua. Dengan total warga yang terdampak mencapai kurang lebih 90.596 jiwa.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandung Barat, Dicky Maulana mengungkapkan, selain kekurangan air bersih, dampak musim kemarau tahun ini pun menyebabkan lahan pertanian di beberapa kecamatan mengalami kekeringan.
"Kekeringan lahan pertanian di Cipongkor mencapai 396 hektare yang meliputi di 14 desa, lalu di Cipendeuy 714 hektare meliputi 14 desa dan di Parongpong 63 hektare meliputi enam desa," kata Dicky, Jumat (3/8).
Sedangkan masyarakat yang membutuhkan air bersih di Kecamatan Cipongkor mencapai 3.602 jiwa, Cipendeuy sebanyak 948 jiwa serta Cikalongwetan 74.496 jiwa. Sementara di Cisarua dan Parongpong sebanyak 11.514 jiwa terkena dampak dan membutuhkan air bersih sebanyak 223.500 liter per hari.
Sejak bulan Juli lalu, BPBD telah mengeluarkan surat himbauan kepada seluruh camat di Bandung Barat agar melaporkan kondisi kekeringan di wilayahnya masing-masing. Setiap laporan yang masuk, akan ditindaklanjuti BPBD.
Salah satu wilayah yang mengalami krisis air bersih yaitu di Desa Sukamulya, Kecamatan Cipongkor. Ribuan warga di desa tersebut terpaksa harus menempuh jalan setapak sejauh 500 meter hanya untuk mendapatkan air bersih dari sumber mata air yang masih tersedia.
"Lokasi mata airnya cukup terpencil, untuk sampai ke sana harus melewati jalan setapak. Sekali jalan, warga hanya bisa mengangkut dua ember air," ungkap Kepala Dusun I Kampung Cikemang, Cipongkor Yopi Alamsyah.
Dia mengungkapkan, sumur warga sedalam 15 meter di sejumlah kampung sudah tidak lagi mengeluarkan air. Kalaupun ada, kata dia, itu pun hanya saat musim hujan. Saat ini, ada empat mata air yang masih dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun jika dalam satu bulan tidak turun hujan, semua mata air itu diperkirakan bakal mengering.
"Kekeringan seperti ini sudah rutin terjadi. Tapi sayangnya tidak ada penanganan dari pemerintah. Kami harap pemerintah memasang pipa untuk mengalirkan air dari mata air ke pemukiman penduduk atau membuat sumur artesis di setiap kampung," ujarnya. (A-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved