Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
PULUHAN bangunan warung di sepanjang garis Pantai Pelabuhanratu Kecamatan Pelabuhanratu hingga Pantai Cibangbang Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, rusak diterjang gelombang pasang, pada Selasa (24/7).
Gelombang pasang yang terjadi mencapai ketinggian lima meter.
"Ketinggian ombak pada Selasa mencapai hampir 5 meter. Makanya di Pantai Kebonkalapa Karanghawu, banyak bangunan warung yang rusak tersapu ombak," kata Ketua SAR Daerah Kabupaten Sukabumi, Okih Pazri Assidieq, Rabu (25/7).
Munculnya gelombang pasang sudah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Bahkan sejak awal BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini agar warga di sepanjang pantai selatan waspada menghadapi ancaman gelombang pasang yang cukup ekstrem pada bulan ini.
"Informasinya ada sejumlah perahu nelayan di Pantai Ujung Genteng yang rusak karena dihantam ombak," imbuhnya.
Okih meminta masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar pantai untuk selalu waspada. Sebab, gelombang tinggi masih akan terjadi. Warga di sepanjang Pantai Kebon Kalapa Karanghawu pun masih was-was akan gelombang pasang susulan.
"Tadi pagi sekitar pukul 03.00 WIB gelombang kembali pasang," kata warga di sekitar Pantai Kebon Kalapa, Jajat Sudrajat, 55.
Saat ini, sejumlah pemilik warung masih membereskan puing-puing bekas bangunan yang rusak diterjang gelombang pasang. Beberapa di antaranya berupaya mengamankan barang dagangan yang masih tercecer.
"Gelombangnya masih terbilang besar," ujarnya.
Jajat memperkirakan nilai kerugian akibat terjangan gelombang pasang mencapai ratusan juta rupiah. Kerugiannya berupa bangunan dan barang dagangan warga.
"Bisa jadi kerugiannya diperkirakan mencapai Rp500 juta," tukasnya.
Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat, penyebab terjadinya gelombang pasang di pesisir pantai selatan dipicu angin kencang di lautan lepas. Kondisi itu akibat bergeraknya masa udara kering dan dingin dari benua Australia yang saat ini sedang mengalami musim dingin.
"Efek itu menjalar dari perairan lepas Samudra Hindia menuju utara melewati ekuator (garis khatulistiwa) sehingga menyebabkan gelombang tinggi. Kabupaten Sukabumi terdampak karena posisinya dekat dengan Australia," kata Prakirawan BMKG Provinsi Jawa Barat, Jadi Hendarmin, saat dihubungi wartawan melalui telepon selulernya.
BMKG memperkirakan potensi gelombang pasang masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Apalagi saat ini musim dingin masih berlangsung di Australia. Namun ia menegaskan, gelombang tinggi itu bukan tsunami.
"Masyarakat tak perlu panik karena ini bukan tsunami. Tapi kewaspadaan harus terus ditingkatkan," pungkasnya.(OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved