Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pelabuhan Rambang Kini Tinggal Kenangan

Surya Sriyanti/N-1
02/7/2018 05:20
Pelabuhan Rambang Kini Tinggal Kenangan
(MI/SRIYANTI)

SEPEREMPAT abad yang lalu, Pelabuhan Rambang merupakan pelabuhan sungai yang sangat terkenal tidak hanya di Kalimantan Tengah, tapi juga hingga ke Kalimantan Selatan.

Terletak di tepian Sungai Kahayan, Pelabuhan Rambang merupakan urat nadi perekonomian tak saja bagi Kota Palangka Raya, tapi juga 14 kabupaten lain di Kalteng. Bahkan, pengiriman barang-barang dari Banjarmasin, Kalsel, ke daerah lain juga mengandalkan pelabuhan ini.

Begitu pentingnya pelabuhan ini dulu, setiap hari puluhan kapal dagang dari pedalaman yang membawa hasil alam selalu bongkar muat di pelabuhan yang terletak di Kecamatan Pahandut ini.

Namun, seiring dengan terbukanya akses jalan darat ke semua kabupaten, pelabuhan itu kini semakin tersisihkan. Kondisi itu diperparah dengan kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap sarana-prasarana moda tranportasi perairan ini. Akibatnya, bangunan pelabuhan banyak yang keropos dan rapuh sampah berserakan di mana-mana, baik di sungai maupun di area pelabuhan.

Sunardi, 53, warga sekitar pelabuhan, saat ditemui kemarin mengatakan sudah puluhan tahun sejak akses jalan darat terbuka, lambat laun Pelabuhan Rambang mulai ditinggalkan. "Dulu sekitar tahun 1980 pelabuhan ini selalu ramai, baik untuk angkutan manusia maupun barang."

Ia ingat betul saat itu masih duduk di bangku SMP dan orangtuanya berdagang minuman bagi para penumpang yang hendak berangkat menggunakan kapal sungai seperti ke Banjarmasin, Kabupaten Kapuas ataupun Buntok, Kabupaten Barito Selatan.

Saat itulah Sunardi mengaku selalu menjual minuman dan makanan kecil bagi para penumpang sebelum berangkat sekolah. "Dulu ada istilah bus air yaitu kapal yang terbuat dari kayu bermuatan sekitar 100 orang." ujarnya.

Selain banyak disinggahi kapal, ujar Sunardi, banyak warga sekitar pelabuhan yang ikut bekerja di pelabuhan seperti menjadi kuli angkut. Namun, saat ini ketika akses jalan darat Trans-Kalimantan beroperasi. lambat laun pelabuhan ini sirna dengan sendirinya. "Bisa dilihat sekarang ini kondisinya, tak terawat dan sepertinya dibiarkan rusak."

Dito, warga Pahandut lainnya, meminta pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kota Palangka Raya melakukan perbaikan dan kembali memfungsikan pelabuhan tersebut.

Pahadal di pelabuhan itu ada kapal pesiar milik Pemkot Palangka Raya, tetapi nyatanya tidak juga difungsikan.

"Seharusnya pemerintah memikirkan untuk mulai memfungsikan pelabuhan ini," harapnya.

Di Indonesia sebagai negara maritim yang antarwilayahnya lebih banyak dihubungkan perairan atau sungai, sudah selayaknya pemimpin di daerah memperhatikan moda transportasi ini.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya