Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KETUA DPR RI Bambang Soesatyo meminta musibah tenggelamnya kapal Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Senin (18/6) kemarin sebagai pelajaran penting. Terlebih dari informasi yang beredar, kapal tersebut tidak dilengkapi manifest penumpang.
"Manifest penumpang bukanlah hal yang bisa disepelekan. Keselamatan dalam hal apapun harus diutamakan, apalagi Danau Toba termasuk kawasan wisata yang sangat penting. Jangan sampai kejadian serupa berulang kembali baik di Danau Toba maupun di kawasan wisata lainnya," ujarnya di Jakarta, Kamis (21/6).
Agar tragedi seperti ini tidak berulang, pihaknya mendorong kementerian perhubungan untuk membenahi manajemen pada semua pelabuhan. Demi keselamatan, disiplin harus ditegakkan tanpa kompromi. Ketentuan atau teknis persyaratan kapal angkutan penumpang pun harus dipenuhi.
Dari tragedi KM Sinar Bangun, menurutnya masyarakat bisa melihat bahwa manajemen pelabuhan Simanindo kecolongan. Pertama, hari itu, sudah dua kali BMKG mengeluarkan peringatan dini tentang cuaca ekstrem di kawasan Sumatera Utara sebelum berangkatnya KMSinar Bangun. Peringatan dikeluarkan Kantor BMKG Sumatera Utara pada pukul 11.00 dan 14.00 WIB. Artinya, KM Sinar Bangun seharusnya tidak diizinkan berlayar pada saat itu.
Kedua, ada dugaan KM Sinar Bangun kelebihan muatan pada saat tenggelam. Kapasitas angkutnya hanya 43 orang. Tetapi pada hari tragedi itu, KM Sinar Bangun diduga menangkut ratusan penumpang plus puluhan kendaraan roda dua. Di sini, terlihat bahwa manajemen pengawasan pelabuhan Simanindo tidak berfungsi dengan efektif.
"Pelanggaran atau kelalaian manajemen seperti ini cenderung terjadi di banyak pelabuhan kecil. Maka, agar tragedi seperti KM Sinar Bangun tidak berulang di kemudian hari, kementerian perhubungan perlu membenahi manajemen semua pelabuhan," pungkasnya. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved