Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Rai Mantra Sebut Reklamasi Teluk Benoa Berbahaya bagi Denpasar

Arnoldus Dhae
08/5/2018 06:26
Rai Mantra Sebut Reklamasi Teluk Benoa Berbahaya bagi Denpasar
(ANTARA/Wira Suryantala)

KONSISTENSI pasangan calon (Paslon) Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) untuk menolak reklamasi Teluk Benoa terus dipertanyakan publik Bali. Pertanyaan tentang keputusan menolak reklamasi itu dicurigai sebagai bagian dari strategi politik untuk mendulang perolehan suara di Pilgub Bali. Pertanyaan publik Bali bernada curiga itu terus bergulir terutama melalui media sosial.

Saat dikonfirmasi di Denpasar, Selasa (8/5), Cagub Bali nomor urut 2 Rai Mantra menjelaskan banyak hal. Salah satunya adalah secara teknis, pihaknya sudah mengkaji bahwa bila reklamasi Teluk Benoa diteruskan, sebagian Kota Denpasar akan terkena dampaknya.

"Ini adalah kajian secara akademis oleh para pakar dan ilmuwan. Dan secara teknis, reklamasi Teluk Benoa tidak bisa diteruskan karena Kota Denpasar akan menerima dampak negatifnya. Makanya, kami sudah menolak reklamasi Teluk Benoa sejak 2014 lalu. Bukan baru sekarang karena ada Pilgub," ujarnya.

Rai Mantra menjelaskan, dari sisi drainase dan oceanografi, kawasan Teluk Benoa merupakan muara dari tiga sungai sekaligus yang berhubungan langsung dengan Kota Denpasar yakni Sungai Tukad Badung, Sungai Tukad Mati, dan Sungai Tukad Punggawa.

Hulu dari ketiga sungai itu melintasi dan membelah Kota Denpasar. Bila reklamasi Teluk Benoa itu terjadi, dipastikan ada penumpukan materi atau sedimentasi dengan luas areal tertentu.

"Dengan adanya sedimentasi di Teluk Benoa akan memperlambat arus sungai yang menuju ke laut dan akan mengakibatkan genangan ke daerah aliran sungai (DAS) sampai ke wilayah Kota Denpasar. Volume air ini akan bertambah bila terjadi air laut pasang dan bisa menyebabkan air rob atau banjir rob di Kota Denpasar. Jangan sampai hal ini terjadi," kata Rai Mantra.

Sampai saat ini, Pemkot Denpasar terus berupaya mengurangi genangan air di DAS dan memperlancar arus sungai. Beberapa yang sudah dilaksanakan adalah normalisasi arus sungai, pembuatan long storage, dan pembuatan embung (retarding basin) di Tukad Mati dan Tukad Badung.

"Kami sudah berupaya memperlancar arus sungai, membersihkan sampah di DAS agar air sungai lancar ke laut. Mana mungkin ada sedimentasi di hulu. Kami tetap menolak reklamasi Teluk Benoa," ujarnya.

Dampak lain dari reklamasi Teluk Benoa adalah ancaman abrasi. Abrasi di wilayah Kota Denpasar terjadi di Pantai Sanur dan Pantai Padanggalak. Hal itu sudah dibuktikan dengan adanya reklamasi yang pernah dibuat di Pulau Serangan seluas 200 hektar tahun 1990 lalu.

Reklamasi di Pulau Serangan terbukti mengakibatkan adanya perubahan pola arus laut. Air laut di beberapa titik di wilayah Pantai Sanur dan Pantai Padanggalak mengalami kenaikan.

"Lagi-lagi Pemkot Denpasar yang akhirnya bekerja untuk menanggulangi perubahan arus laut tersebut untuk mencegah abrasi yakni program pengamanan pantai berupa pembangunan water break (pemecah ombak) dan penambahan pasir di pantai," ujarnya.

Jika reklamasi Teluk Benoa, yang luasannya 400 hektare lebih, dilakukan, perubahan arus laut sudah pasti terjadi secara signifikan. Ancaman abrasi akan terjadi di wilayah terdekat yakni Kota Denpasar karena di sana-sini, pantai-pantai yang ada di wilayah Kota Denpasar akan kehilangan kestabilannya, struktur pasir di pesisir akan tergerus.

Reklamasi Teluk Benoa juga akan mengganggu aksesibilitas. Bila reklamasi itu terjadi, area yang selama ini menjadi lalu lintas umum akan tertutup dan akan menyebabkan kemacetan lalu lintas. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya