Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Ungkapan Simpati Terus Iringi Kepergian sang Guru

04/2/2018 10:52
Ungkapan Simpati Terus Iringi Kepergian sang Guru
(ANTARA/SAIFUL BAHRI)

UNGKAPAN simpati terus mengalir dari berbagai kalangan di rumah Ahmad Budi Cahyono, Jalan Jaksa Agung Suprapto No 50 Sampang, Jawa Timur. Sebagian dari mereka ialah guru dari beberapa sekolah di Madura. Yang lain ialah masyarakat sekitar serta perwakilan siswa dari luar Kabupaten Sampang.

"Sudah sejak pagi banyak pentakziah yang datang ke rumah almarhum," ucap Zainal Abidin, kerabat Budi, yang ikut melayani pelayat, kemarin.

Di halaman rumah, juga ada beberapa karangan bunga belasungkawa dari Pemkab dan Dinas Pendidikan Sampang, lembaga pendidikan, serta organisasi kemasyarakatan setempat, yang mengiringi kepergian almarhum.

Bahkan semua siswa dan guru SMA negeri di Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, mengenakan pita hitam di lengan kiri sebagai ungkapan dukacita atas wafatnya guru berusia 26 tahun itu.

Peristiwa yang dialami oleh Budi, guru seni rupa kelas XII SMAN I Torjun, Sampang, sangat tragis dalam dunia pendidikan. Kasih sayang dan ilmu pengetahuan yang dicurahkan Budi sebagai guru honorer justru dibalas MH, 17, muridnya sendiri dengan penganiayaan yang berujung kematian sang guru, Kamis (1/2) lalu.

Sianit Sinta, 22, istri almarhum, menceritakan almarhum sudah menjadi guru honorer sejak lima tahun lalu dengan gaji sekitar Rp400 ribu hingga Rp600 ribu per bulan.

Selain menjadi guru honorer, Budi pun mahir bermain biola dan dikenal sebagai pelukis. Beberapa karyanya sering diikutkan pameran pada berbagai kota di Indonesia.

Untuk menutupi kebutuhan ekonomi keluarga, alumnus Universitas Negeri Malang itu membuka percetakan yang diberi nama Etnich Advertising di Sampang. "Lumayan, kami bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga," tuturnya dengan nada sedih.

Perempuan yang tengah mengandung anak pertamanya dengan usia kandungan lima bulan itu mengakui tidak memiliki firasat apa pun. Hanya, beberapa bulan terakhir, karya-karya almarhum selalu bicara mengenai kematian.

Di antara karya pria berkacamata itu ialah instrumen biola berjudul Satu-Satu Pergi yang dimainkan bersama kelompok musiknya. Lagu bernada sedih itu berisi pesan bahwa siapa pun akan segera pergi dan meninggalkan segala yang dicintai.

"Entah apa sudah tahu akan meninggal atau kebetulan, instrumen yang ia ciptakan berisi pesan soal kematian," kata dia sambil mengusap air mata.

Kepala Polres Sampang Ajun Kombes Budi Wardiman menyampaikan pihaknya saat ini masih menyelidiki kasus tersebut dan sudah menahan MH. (MG/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya