Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Citarum Kotor Setelah Pabrik Berdiri

Reza Sunarya
27/1/2018 13:35
Citarum Kotor Setelah Pabrik Berdiri
(Warga mengamati buih busa limbah pabrik di aliran sungai Citarum, Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/9/2017)---ANTARA/M Agung Rajasa)

SUNGAI Citarum melintas di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat sepanjang 21 kilo meter. Menurut warga Desa Cikangkap Kecamatan Baban Cikao, dulu sungai Citarum merupakan lokasi untuk mencari dan menjadi mata pencaharian sebagai warga yang tinggal di aliran sungai untuk mencari ikan dan udang.

Namun semenjak banyaknya berdiri industri tekstil di kawasan tersebut sungai citarum tidak dapat lagi diandalkan sebagai pencari kehidupan warga.

"dulu citarum banyak ikan dan udang kecil yang dimanfaatkan warga untuk mengais rejeki, tapi sekarang jangankan ikan habitan lainpun tak ada lagi, "Kata Abun (52) salah seorang warga yang berada dialiran Citarum.

Menurut Abun, Sebelum ada pabrik, air citarum di wilayahnya juga jernih, namun saat ini kondisi air keruh dan bau limbah tekstil. Selain dampak limbah cair, kondisi air di Citarum juga di perburuk oleh para pengusaha pengolahan limbah yang menjadikan Citarum untuk mencuci limbah benang sehingga banyak warga yang menderita penyakit kulit.

"Airnya sudah keruh dan bau banyak juga warga yang menderita penyakit kulit."Ungkap Abun.

Sementara, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Purwakarta, mencatat ada 17 pabrik yang membuang limbah cairnya ke Sungai Citarum, diantaranya di Desa Cicadas PT South Pasific Viscose (SPV) dan PT Indo Bharat Rayon (IBR) di Desa Cilangkap, Kecamatan Babakan Cikao.

"Ada 17 perusahaan yang buang limbah ke Sungai Citarum sedangkan panjangnya sungai Citarum sepanjang 21 kilo meter. " Kata Kadis Lingkungan Hidup Kabupaten Purwakarta, Didi Suardi.

Menurut Didi, setiap bulan ada pemeriksaan berkala mengenai kualitas air Citarum. Di wilayah Purwakarta, ada 40 titik yang jadi sampel pemeriksaan. Hasilnya, air Citarum sudah sangat tercemar limbah dengan skala berat.

"Zat berbahaya yang mencemari sungai terbesar di Jabar ini segala ada. Salah satunya merkuri," Ungkap Didi.

Widi Nugroho Head of Corporate Alfairs PT South Pacific Viscose membantah jika perusahaannya yang menjadikan sungai Citarum tercemar limbah, menurut Widi air limbah yang dibuang ke Citarum telah melalui proses dk IPAL.

"Limbah cair yang kami buang ke Citarum telah melalui proses pengolahan ipal, ini bisa dibuktikan," Kata Widi yang dikonfirmasi Media Indonesia. Widi berkilah hingga saat ini tidak ada keluhan ataupun komplai dari PT Jasa Tirta II Sebagai pengelola Sungai Citarum. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya