Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
TAWURAN antarwarga yang kerap terjadi belakangan ini di Ibu Kota dipicu banyaknya pemuda yang menganggur. Di usia produktif itu, mereka tidak mampu mengekspresikan potensi positif.
“Karena menganggur lama, itu juga membuat orang sumpek,” kata Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, kemarin.
Anak muda yang memiliki energi berlebih tak memiliki sarana untuk menyalurkannya. Oleh karena itu, menurut Sumarsono, keberadaan ruang kreatif menjadi penting.
“Supaya tidak terbelenggu di dalam satu emosi yang kemudian jadi sensitif,” jelas Sumarsono.
Dengan dibuatkannya ruang kreatif, pemuda memiliki tempat untuk berkreasi. Bahkan, kesempatan untuk kerja bisa dibuat di sana. Sumarsono berjanji akan mewujudkan rencana itu.
Namun, dari sisi pengamanan pun perlu diperketat. Sumarsono mengatakan pengamanan merupakan domain aparat keamanan.
“Kalau urusan kami ialah bagaimana menyediakan ruang untuk mereka bisa kreatif melakukan aktivitas ekonomi yang produktif dan menghasilkan,” ungkap Sumarsono.
Dalam waktu dekat, Pemprov DKI Jakarta akan ber-koordinasi dengan pihak terkait guna membicarakan masalah tawuran yang sering terjadi di kawasan Tambak,
Jakarta Pusat, dan Manggarai, Jakarta Selatan. “Kalau enggak salah sudah dijadwalkan untuk Tambak ini sekitar Rabu (15/3). Untuk polres dan wali kota kita jadwalkan, tapi dengan perguruan tinggi. Tidak hanya jangka pendek, tapi juga solusi jangka menengah dan panjang,” pungkasnya.
Di mata Direktur Eksekutif Jaringan Anak Nusantara (Jaranan) Nanang Djamaludin, tawuran warga terjadi lantaran unsur-unsur warga yang terlibat tawuran itu, disadari atau tidak, telah kehilangan simpul perekat kebersamaan mereka. Kearifan-kearifan sosial rontok oleh pengaruh-pengaruh yang diakibatkan praktik-praktik kepentingan politik fragmentatif yang terus berlangsung di masyarakat. “Akhirnya mengambil bentuk ekspresi tindakan lewat kekerasan atau tawuran,” ujar Nanang.
Solusinya, selain penegakkan hukum yang tegas, menurut Nanang, ruang kreativitas untuk membina anak-anak muda harus telaten dan intens dilakukan. Figur-figur otoritas moral juga harus turun tangan. “Dengan demikian, cara menyelesaikan masalah dengan kekerasan harus dihapus dan diganti dengan cara berpikir terpuji yang menjunjung tinggi dialog dan pendekatan win-win solution,” tandasnya. (Aya/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved