AROGANSI pengguna jalan menjadi persoalan yang kerap muncul di jalanan Ibu Kota. Arogansi yang muncul karena memiliki kendaraan yang lebih besar atau memiliki pelat nomor 'sakti' kerap berujung pada perselisihan, bahkan kecelakaan.
Salah satu warga Depok, Jawa Barat, Gino Efendra (31) beberapa kali merasakan arogansi pengguna jalan tersebut. Gino yang merupakan karyawan swasta di sebuah perusahaan di Jakarta Selatan itu kerap menemui pengguna jalan atau pengemudi yang arogan saat perjalanan menuju kantornya.
Baca juga: Pengerjaan Proyek Underpass Dewi Sartika Kota Depok Molor dari Target
"Mereka yang arogan itu kadang-kadang yang mengemudikan mobil lebih besar, seperti Fortuner dan Pajero. Lalu, mobil pelat hitam pakai strobo," kata Gino kepada Media Indonesia, Sabtu (18/2).
Gino bercerita sempat mengalami pengalaman tak mengenakkan dengan pengemudi yang arogan. Awalnya ia melaju di belakang sebuah mobil Pajero yang melaju pelan.
Ia kemudian menyalakan lampu tanda belok kanan sebagai tanda untuk menyalip. Namun, pengemudi Pajero yang melaju di lajur kanan tidak memberikan jalan.
"Mungkin karena saya pakai mobil yang lebih kecil jadi dianggap enteng. Dia tidak memberikan jalan dan bahkan memperlambat kendaraannya. Tidak tahu maksudnya apa," katanya.
Gino mengaku tak ingin mengambil risiko dengan tetap memaksakan menyalip mobil Pajero. Ia mengaku tak ingin terlibat masalah dan cekcok di jalan.
"Males saja kalau ada masalah di jalan. Lebih baik kita sabar dan menghindar saja," ujarnya.
Gino mengaku pengguna jalan raya seharusnya saling menghormati tanpa memandang kendaraan yang dibawa dan pelat nomor yang terpasang. Ia mengatakan semua pengguna jalan memiliki hak untuk berkendara dengan nyaman dan selamat sampai tujuan.
"Sebenarnya ya saling menghormati saja. Jangan gara-gara punya mobil lebih besar dan merasa punya kuasa jadi seenaknya," katanya.
Senada, Hanif, 32, juga mengalami pengalaman serupa. Ia mengaku beberapa kali bertemu pengemudi mobil arogan. Kasusnya pun sama. Pengemudi mobil yang lebih besar merasa punya jalan sendiri.
"Beberapa kali sempat hampir nyerempet di jalan tol, karena ada mobil tidak tahu Pajero atau Fortuner gitu tiba-tiba nyalip dari kiri," ujarnya.
Hanif mengaku kesal karena bisa saja dengan arogansi tersebut bisa berujung pada kecelakaan yang merugikan orang lain.
"Kalau kecelakaan panjang lagi masalahnya. Apalagi sampai ke polisi, diproses. Buang waktu, tenaga, dan uang. Lebih baik kita mengalah sajalah sama yang begitu-begitu (arogan)," ujarnya. (OL-6)