Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Genangan Merebak, DBD Mengancam

MI/Barry Fathahilah
16/2/2015 00:00
Genangan Merebak, DBD Mengancam
()
Pemerintah Kota Bekasi tidak ingin kejadian luar biasa akibat demam berdarah kembali terjadi di wilayahnya.

WARGA Kota Bekasi harus mulai mewas padai penyakit yang menyerang ketika musim hujan. Apalagi genangan air dapat membuat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak dan menularkan penyakit demam berdarah dangue (DBD).

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Dinas Kesehatan Yasni Rustanti.Berdasarkan hasil laporan dari sejumlah rumah sakit, puskesmas, serta laporan dari warga yang ada di Kota Bekasi, di awal 2015, sedikitnya 70 kasus DBD terjadi di Kota Bekasi.

''Untuk 2015, ada peningkatan ketimbang tahun lalu,'' ujarnya.

Yasni menjelaskan data itu dihimpun dari awal Januari, yakni 57 kasus, hingga awal Februari sebanyak 13 kasus. Dari 70 orang yang positif mengidap DBD, paling banyak terdapat di wilayah Kelurahan Jati Ranggon, Kecamatan Jatisampurna, yakni 5 orang, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, 4 orang, Kelurahan Mustika Jaya, Kecamatan Mustikajaya, 3 orang, sedangkan untuk kelurahan lain di 12 kecamatan relatif rendah jika dibandingkan dengan tiga kelurahan tersebut.

''Ini baru awal tahun, tapi seolah mengalami kenaikan jumlah jika dibandingkan dengan Januari 2014, yakni 54 kasus,'' jelasnya.

Menurutnya, warga wilayah terbanyak yang menjadi sasaran nyamuk Aedes aegypti betina ialah wilayah yang memang kebersihannya kurang. Untuk itu, pihaknya menyarankan kepada para warga untuk selalu mengontrol kebersihan lingkungan mereka, khususnya rumah masing-masing, seperti program 3 M yakni menutup, mengganti, dan menguras tempat penampungan air.Jangan sampai hal kecil seperti itu diabaikan, pasalnya nyamuk Aedes aegypti lebih senang berada di air bersih yang tergenang.

''Kami juga sudah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di setiap wilayah yang menjadi sasaran nyamuk Aedes aegypti,'' jelasnya.Cegah KLB Namun, fakta di lapangan, kesadaran warga melakukan PSN dan pembasmian jentik rendah. Tidak hanya itu, keterlambatan penanganan juga dapat menyebabkan kematian pada penderita DBD.

Sepanjang 2014, terdata sebanyak 821 kasus DBD terjadi di Kota Bekasi.Dari jumlah itu, 13 kasus mengakibatkan kematian. Seementara itu, sepanjang 2013, tercatat sebanyak 1.415 kasus DBD dengan 17 kasus di antaranya memakan korban meninggal.

''Di situlah kejadian luar biasa (KLB) terjadi, semoga 2015 ini tidak terjadi hal serupa. Maka dari itu, penanganan dan pencegahan amat penting dilakukan,'' jelasnya.

Ciri-ciri para pengidap penyakit DBD, lanjut Yasni, yaitu demam yang terus-menerus selama lima hari, trombosit darah menurun, dan suhu tubuhnya meninggi. “Jika sudah memiliki ciri-ciri tersebut, segera dibawa ke puskesmas terde kat,“ ungkapnya.

Sementara itu, Direktur RSUD Kota Bekasi Titi Masrifahati pun mengakui tingginya angka pasien DBD yang masuk di RSUD Kota Bekasi.Dari data yang dihimpun, dari 50 pasien mendaftar sebagai pasien DBD, didapati 14 pasien positif menderita DBD sepanjang Januari 2015.

Menurutnya, fase waspada penyakit DBD ialah ketika peralihan musim, yakni ketika musim hujan selesai dan berganti menjadi musim kemarau. Penyakit DBD akan lebih banyak dijumpai pada akhir Maret sampai April. “Pada bulan itu, biasanya pasien DBD akan meningkat 300% sampai 400%,“ jelasnya.

Hal itu terjadi karena pada musim hujan, perkembangbiakan nyamuk akan bertambah pesat. Intensitas hujan dan genangan air yang banyak membuat nyamuk mudah membuat sarang sehingga pada musim berikutnya, penularan nyamuk Aedes aegypti akan lebih banyak sesuai dengan perkembangbiakannya.

Saat ini, RSUD Kota Bekasi hanya mampu menampung 380 pasien dengan ruangan intensive care unit (ICU) sebanyak 7 untuk pasien dewasa, 6 untuk anak-anak, dan 5 ruang ICU untuk bayi, serta 10 ruang high care unit (HCU). (J-1)


[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya