Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Target Emisi Karbon DKI Berkurang 50% di 2030, Anies: Baru Tercapai 26%

 Hilda Julaika
01/3/2022 11:38
Target Emisi Karbon DKI Berkurang 50% di 2030, Anies: Baru Tercapai 26%
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.(MI/Rudi Kurniawansyah)

PEMPROV DKI Jakarta menargetkan pengurangan gas rumah kaca atau emisi karbon 30%-50% di 2030. Gubernur DKI Jakarta mengatakan saat ini gas karbon baru berkurang sebanyak 26%.

DKI Jakarta pun terus melakukan upaya keras untuk mewujudkannya, salah satunya dengan mendorong penggunaan dan integrasi transportasi publik.

Komitmen tersbeut pun digariskan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No 20 Tahun 2021 tentang Rencana Pembangunan Jakarta Bebas Karbon.

“Karena merupakan kota climet resilience maka ada target ambisius untuk mengurang emisi gas rumah kaca sebesar 50% di 2030. Saat ini baru 26%, kami optimis kami akan mampu mencapai net zero pada 2050,” kata Anies di acara Jakarta E-Mobility Event secara daring, Selasa (1/3).

Baca juga: Sudin SDA Jaksel Terus Optimalkan Pengerukan Waduk

“Jakarta mulai sustainability melalui sistem intergarasi yang berusaha untuk mengubah kota kami menjadi kota terkemuka dalam hal transportasi yang berkelanjutan yang aman dan nyaman,” imbuhnya.

Anies menjelaskan, bagi jutaan orang yang tiap hari bergerak di Jakarta dan sekitarnya, tingginya emisi pada sistem transportasi memberikan dampak pada emisi total. Maka, smabungnua, hal logis yang perlu dilakukan di sektor ini dengan menjadikan pritoritas untuk dekarbonisasi.

Jakarta berusaha menjadi kota yang kuat untuk berkomitmen dalam menangani krisis iklim global. Pemprov DKI Jakarta telah memulainya di 2012 dengan melakukan langkah serius. Dengan berkomitman menjadi kota yang resilience terhadap iklim.

“Kami menghadapi 2 tantangan, yakni menyediakan sistem transportasi yang efisien untuk mengakomodasi lebih dari 20 juta perjalanan tiap hari. Di sisi lain memastikan kesetaraan dan keberlanjutan lingkungan tetap terjamin. Ini dua tantangan yang kami hadapi. Bagaimana kami menanganinya?,” papar Anies.

Hal pertama yang dilakukan adalah dengan memperbaiki kemacetan, polusi, dan eksternalitis. Jakarta menginisiasi suatu mobilitas yang berkelanjutan dalam hal sistem transportasi yang berkelanjutan dan aman. Dengan mengubah paradigma dari pengembangan transportasi berbasis mobil ke pengembangan berorientasi transit.

“Kami mulai bergerak secaramendasar tidak hanya harus bergantung pada aspek teknis tapi dasar filosofis dalam hal paradigma. Transportasi utama dari mobil menjadi transit. Peningkatan transportasi publik yang diterapkan dalam beberapa waktu terakhir merupakan hasil dari pergeseran tersebut,” ungkapnya.

Anies mencontohkan, Tranjakarta melakukan perluasan rute BRT dengan mikrotrans yang terintegasi. Menurutnya, saat ini angka pelayanannya sudah mencapai 82%, ini bersama dengan LRT dan MRT. Menurut Anies hal ini berarti Integrasi sudah mulai berjalan.

Saat ini, fase 2 MRT tengah dikembangkan yang diharapkan bisa selesai pada 2027 mendatang. Fase ini akan menghubungkan bagian utara kota sampai bagian paling selatan Jakarta.

Public Service Obligation atau dana kewajiban pelayanan publik pun terus ditingkatkan. Saat 2020 peningkatan PSO sudah mencapai 180% bila dibandingkan dengan 2017.

“Kami memastikan peningkatan transprtais publik dalam kualitas masih menghasilkan sistem transportais yang equitable. Jadi setiap indivisu di kota kami bisa menikmatinya,” tutupnya. (Hld/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik