Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PUSAT Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta mengadu ke Ketua DPRD DKI Jakarta terkait tingginya harga kedelai yang membuat produsen tahu tempe tak lagi untung.
Aduan tersebut dilakukan hari ini saat Puskopti DKI mendatangi langsung Gedung DPRD DKI Jakarta dan diterima langsung oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi beserta anggota Fraksi PDIP.
Dalam pertemuan tersebut, Sekjen Puskopti DKI, Edi Kuswanto, mengatakan kenaikan harga kedelai yang gagal dicegah pemerintah. Harga kedelai sebelumnya adalah Rp8.500/kg.
Namun, mulai Oktober tahun lalu terjadi kenaikan harga kedelai dan puncaknya terjadi bulan ini menjadi Rp11.500/kg. Inilah yang membuat akhirnya para produsen tahu tempe di Jabodetabek sepakat melakukan mogok produksi sebagai bentuk protes terhadap pemerintah agar ada upaya serius menangani masalah ini.
"Ini naik terus meroket sehingga kami sebagai pengrajin tempe itu sudah tidak tahan untuk istilahnya cari keuntungan ke sana," kata Edi, Rabu (23/2).
Ada tiga tuntutan yang diajukan dari Puskopti kepada pemerintah melalui DPRD DKI Jakarta. Pertama, Edi meminta agar dalam jangka pendek ada stabilitas harga kedelai yang diberikan.
Kedua, untuk jangka menengah ia meminta pemerintah mengintervensi masuknya kedelai impor ke dalam negeri termasuk dari segi harga.
"Ketiga, untuk jangka panjang, kami minta tugas soal tata kelola niaga kedelai impor ini ditangani oleh Bulog dan bukan swasta. Sejak 1998, ini ditangani swasta dan jadinya kenaikan harga terus berulang," ungkapnya. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved