Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Sejumlah Wilayah Jakarta Utara Akan Tenggelam Kurang dari 30 Tahun Lagi

Putri Anisa Yuliani
02/9/2021 17:17
Sejumlah Wilayah Jakarta Utara Akan Tenggelam Kurang dari 30 Tahun Lagi
Warga berjalan di atas jembatan kayu di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara.(ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

KEPALA Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan, permukaan tanah di pesisir Jakarta akan semakin turun lebih rendah daripada permukaan air laut jika tak ada upaya yang dilakukan sebagai langkah pencegahan.

Akibatnya, beberapa wilayah di Jakarta Utara akan tenggelam seperti kawasan Muara Baru, Jakarta Utara. Kawasan itu diprediksi akan tenggelam sedalam 4,6 meter. Kondisi ini dapat terjadi apabila laju penurunan muka tanah terjadi sebesar 15 cm per tahun selama 30 tahun hingga 2050.

Berdasarkan data pemantauan penurunan muka tanah, Muara Baru sudah berada 1 meter di bawah permukaan air laut dan terus mengalami penurunan muka tanah.

"Soal kedalaman, ini di Muara Baru tahun 2020 itu sudah minus 1 (meter) di bawah permukaan air laut. Kalau kita tidak melakukan sesuatu bisa jadi Muara Baru 2050 berada minus 4,6 di bawah permukaan air laut. Inilah ancaman itu kalau kita tidak melakukan sesuatu," ujar Yusmada dalam webinar 'Jakarta The Sinking City', Kamis (2/9).

Baca juga: Kasus Penistaan Agama, Yahya Waloni Jadi Tersangka Sejak Mei

Tidak hanya Muara Baru, Yusmada menyebut ada tujuh wilayah lain di pesisir utara Jakarta juga terancam tenggelam di tahun 2050 karena berada di bawah permukaan air laut.

Salah satunya yakni Kamal Muara yang diprediksi berada 3 meter di bawah permukaan air laut, Tanjungan 2,10 meter, Pluit 4,35 meter, Gunung Sahari 2,90 meter, Ancol 1,70 meter, Marunda 1,30 meter dan Cilincing 1 meter.

Untuk itu, Pemprov DKI terus mengupayakan penanggulangan bencana banjir rob di pesisir seperti penataan tanah timbul.

"Terus penataan kawasan mangrove pantai publik dan pembangunan deselerasi air sebagai subtitusi penyedotan air tanah," ujar dia.

Dinas SDA juga berupaya mengendalikan kawasan pesisir dengan pembangunan tanggul pantai untuk mitigasi kenaikan muka air laut.

Yusmada juga menyebut sistem polder menjadi pilihan untuk membuang air yang tergenang di permukaan yang ada di bawah permukaan air laut.

"Dan (upaya) non struktural sistem peringatan dini, kita berharap benar-benar penurunan tanah ini bisa terkontrol dengan cepat dengan akurat sehingga bisa membuat kebijakan-kebijakan yang lebih akurat," kata dia. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya