Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
GANG-gang sempit, hanya cukup untuk dilalui satu orang. Kotor dan jalannya rusak. Sangat kumuh. Itu gambaran Kampung Kebon Jukut, di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, dua tahun lalu. Letaknya berada di pinggiran Sungai Ciliwung, di belakang Terminal Baranangsiang atau di belakang Jalan Suryakancana, yang saat ini merupakan salah satu destinasi wisata kuliner dan budaya andalan Kota Bogor.
Karena kebiasaan buruk yang masih membuang sampah sembarangan, kondisi sungai dan sekitarnya pun sangat kotor dan memprihatinkan. Kampung ini padat penduduk. Ada tiga rukun tetangga (RT) dari satu rukun warga(RW). Total penghuni atau jumlah penduduknya sebanyak 1.156 jiwa dari 300 kepala keluarga (KK), dengan 256 KK di wilayah dan sisanya dari luar (domisili saja).
Antara rumah satu dengan yang lainnya menempel. Pembatasnya hanya satu tembok atau dinding yang sama. Umumnya warga di situ aktivitas kesehariannya, mata pencahariannya berjualan dan buruh serabutan. Besaran penghasilannya rata- rata sekitar Rp 50 ribu per hari. Bahkan masih ada yang hanya Rp 20 ribu atau Rp 30 ribu.
"Dulu, rumah-rumahnya tidak bercat. Satu rumah ditempati banyak orang. Malah saya menemukan di satu tempat ada 6 KK. Rumah yang kecil di huni 30 jiwa. Sempat saya tanyakan, makannya seperti apa? Dapurnya satu, ya kita masing- masing. Karena kita sudah berkeluarga," ungkap Citra Widya Lestari, Lurah Babakan Pasar, ketika ditemui mediaindonesia.com, Minggu (20/12).
Sekilas Citra menceritakan, bahwa saat ini masih ada beberapa kampung kumuh di kelurahan yang dipimpinnya. Yakni RW 1, RW 4, RW 5, RW 9. Namun saat ini, beberapa tempat juga sedang dilakukan penataan, termasuk RW 10 atau Kampung Kebon Jukut ini. Kini, Kampung Kebon Jukut berubah nama menjadi Kampung Labirin. Bukan saja namanya yang berubah, kondisi dan kebiasaan hidup warganya pun berbeda.
Jalannya kini dipasangi paving block, bersih dan semua rumah kini bercat. Kiri dan kanan gang ditata sedemikian rupa. Alhasil, gangnya kini menjadi lebih lebar dan lebih leluasa. Bisa dilalui setidaknya oleh dua orang. Sangat asri karena ada tanaman-tanaman dalam pot.
Acep Musa, Ketua RW 10 menuturkan, kini selain rapih, bersih dan hijau, ada juga sumur resapannya sehingga tidak ada genangan atau banjir ketika hujan turun. Kebiasaan warga sudah berubah. Bisa dikatakan, hobinya setiap hari bersih-bersih. Hari Minggu, 20 Desember, saya mengunjungi kampung tersebut, yang namanya kini kesohor. Saat itu, bertepatan dengan hari peresmian tahun ke-2, Kampung Kebon Jukut menjadi Kampung Labirin, sebagai salah satu destinasi wisata baru di Kota Bogor.
Dari Jalan Raya Suryakancana masuk ke Gang Aut. Kemudian sekitar 500 meter masuk lagi ke sebuah jalan menurun atau pertigaan ke dua. Kondisi jalan masih bisa dilalui kendaraan roda empat. Setelah berjalan kaki sekitar 200 meter, tibalah di sebuah gang kecil. Di bagian depan tampak sebuah gapura sederhana, bercat warna hijau bertuliskan selamat datang di Kampung Labirin Kebon Jukut RW 10. Terpampang juga denah atau peta kampung tersebut di tembok salah satu rumah, yang berada tepat di depan gapura.
Sapaan ramah, dan ucapan hangat selamat datang pun menyambut. Selain dari warga setempat, sambutan juga datang dari sejumlah remaja. Mereka adalah pegiat dari kelompok penggerak wisata (kompepar) yang juga jadi pemandu tur di situ.
Protokol kesehatan covid-19 diterapkan di sana. Alat cuci tangan berupa tong-tong air, sabun, hand sanitizer banyak disediakan. Bukan hanya di pintu masuk, tapi di setiap 15 meter di sepanjang jalan, di gang-gang kampung tersebut. Lengkap dengan sejumlah alat peraga permanen berupa pengumuman, sosialisasi tentang covid-19 dan pencegahannya. Di pintu masuk dan sejumlah titik terdapat juga aqua ponik-aqua ponik, yang tanaman-tanamannya mulai tumbuh, menambah keasrian.
Kemudian di beberapa titik kini terdapat spot berupa lukisan tangan di tembok (mural), untuk pengunjung berfoto atau swa foto. Bahkan di tahun ini Kampung Labirin menambah area wisatanya dengan mengembangkan wisata air berbasis sungai dengan lokasi di RT 3. Kini pengunjung, selain bisa berwisata merasakan sensasi menelusuri gang-gang dan kearifan lokal Kampung Labirin, juga bisa bermain di bola raksasa atau ngalun di Sungai Ciliwung.
Sebenarnya di sepanjang tahun 2020, banyak agenda yang direncanakan digelar di Kampung Labirin. Sudah ada kalender event dengan paket-paket wisata sudah dirancang. Bahkan di festival Kampung Labirin, sedikitnya ada enam perusahaan yang sudah survey dan akan berkunjung. Karena ada wabah covid-19 ini, jadi tertunda. Hanya kunjungan yang sifatnya perorangan yang tidak menimbulkan kerumunan masih berjalan.
Beberapa pengunjung dari satu keluarga asal Jakarta menikmati wisata Kampung Labirin. Keluarga tersebut mengambil paket festival dengan tiket masuk Rp60 ribu. Dengan paket itu mereka diantar berkeliling kampung, mendapatkan buah tangan berupa keripik jengkol panganan khas Kampung Labirin dan minuman kopi Jenaka. Dengan tiket masuk sebesar itu, mereka juga mendapatkan dua tiket untuk bermain di wahana baru, ngalun dan main bola raksasa di Sungai Ciliwung. Para pengunjung juga bisa terlibat langsung dengan kegiatan warga. Seperti melihat cara membuat keripik jengkol, sekaligus mencoba sendiri di dapur yang disediakan.
Sebelum berkeliling para pengunjung bisa menikmati suguhan kesenian berupa tarian-tarian, marawis yang ditampilkan anak-anak dan remaja asli Kampung Labirin. Bahkan sebelum bermain air, para pengunjung juga bisa menikmati suasana berbeda dengan suguhan permainan calung di panggung terbuka, di bibir sungai.
Di tahun keduanya, Kampung Labirin kian berkembang. Berbagai fasilitas dan daya dukung sebagai tempat wisata terus bertambah. Pengunjung juga bisa ber-kuliner-an di sana. Banyak warga yang kini membuka warung dengan panganan khas kampung, panganan rumahan. Untuk oleh-oleh atau cindera mata pun kini sudah tersedia. Ada gerai yang menjual kaos, topi, tas dan lain-lain, buatan anak Kampung Labirin dengan kualitas baik.
Kehidupan ekonomi di sana pun mengalami perubahan. Warga setempat mulai merasakan untung. Seperti yang diakui Isma Damayanti,36, seorang pengrajin emping atau keripik jengkol. Dia merupakan generasi ke-5. Penghasilan bersihnya per minggu sekitar Rp400 ribu.Dengan kampung menjadi tempat wisata, kini dia tidak harus menjual atau menjajakan emping-emping buatanya ke warung -warung di luar kampung. Kini Isma setiap hari membuka pintu dapurnya dan membuat emping yang semua prosesnya disaksikan pengunjung langsung. Dalam sehari dia bisa membuat 200 lembar emping dari 100 jengkol. Perbungkusnya di jual bervariatif. Ada yang Rp20 ribu dan ada yang sudah digoreng isi tiga seharga Rp5 ribu. Kemudian keripik jengkol balado campur teri dijual seharga Rp15 ribu.
Kolaborasi
Menjelmanya Kampung Kebon Jukut menjadi Kampung Labirin yang berseri tidak serta merta. Banyak pihak yang berperan di sana. Adalah Mochammad Awaludin Kamal, pria berusia 37 tahun yang akrab disapa Kang Ndin ini, sang inisiator, motor penggeraknya. Ayah dua anak, yang tingkat pendidikannya hanya sampai sekolah menengah atas atau tepatnya tamatan dari MAN 2 Kota Bogor ini, berkeinginan merubah stigma kampung kumuh dan stigma buruk tingkah laku warganya.
Dia ingin kampungnya maju, yang imbasnya nanti pada perbaikan ekonomi warga. Dengan begitu pola pikir dan prilakunya pun akan berubah menjadi lebih baik. Sebelum Kampung Labirin, Ndin bercerita singkat tentang Kampung Kebon Jukut. Disebut Kebon Jukut karena di situ semacam kebon (kebun) dan dia mengkalim orang yang pertama singgah di situ adalah keluarganya. Dan dirinya merupakan generasi ketiga di kampung tersebut.
"Kebetulan orang pertama yang tinggal di sini (Kebon Jukut) kakek saya. Dia tinggal di RT 1. Di RT 2-nya adiknya kakek saya dan di RT 3 adik yang di bawahnya lagi. Semua ini masih satu saudara di sini," tuturnya.
Sedangkan untuk awal mula nama Kampung Labirin ini, lanjutnya, pertama karena banyak orang yang sering nyasar. Di luar warga setempat, siapa pun dibuat pusing dengan banyaknya gang nun berkelok-kelok persis labirin. "Kalau tidak didampingi, atau pertama kali ke sini pasti tersesat. Pusing dan nyasar," ungkapnya.
Kedua, di Kampung Jukut ada wadah segala macam kegiatan yang tidak punya konsep.
"Jadi mulailah kita bentuk kepengurusan Labirin ini, supaya kegiatan pemuda itu terkonsep dan juga jalurnya bisa terarah,"ungkapnya.
Pada Juni tahun 2018, Ndin dan pengurus lain bersama Terminal Hujan bertemu dengan pihak Yayasan Astra Honda Motor (AHM). Sekilas tentang Terminal Hujan, adalah komunitas remaja yang digawangi Anggun Pesona. Saya sendiri sudah mengikuti kiprah dari Terminal Hujan, sejak pertengahan 2012 atau sekitar 10 bulan pascaterbentuk.
Nama Terminal Hujan berasal dari tempat aktivitasnya dilakukan yakni di belakang Terminal Baranangsiang, di Kota Bogor yang dijuluki kota hujan. Mereka fokus pada dunia pendidikan, kesehatan anak-anak marjinal seperti pengamen, anak putus sekolah dan warga yang kurang mampu.
Untuk AHM sendiri, Ndin menyebut perannya melalui program CSR (corporate social responsibility) Kampung Berseri Astra (KBA) yang paling dominan mengubah kampungnya.
"Perannya dominan. AHM yang membiayai pembuatan kampung wisata dari sejak awal".
Bersama-sama AHM, pihak kompepar membuat konsep yang kemudian dipersentasikan ke Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Di awal, konsepnya mau warna warni seperti apa yang dilakukan di Katulampa. Namun ditolak wali kota.
"Saya sudah tidak butuh kampung warna warni. Saya sudah tidak butuh kampung gambar. Coba kasih konsep yang lain," kata Ndin menirukan apa yang diucapkan Wali Kota Bima Arya.
Singkat cerita, setelah konsultasi dan dikomunikasikan dengan tokoh-tokoh masyarakat sekitar, akhirnya pilihan hasil kesepakatan warna hijau -army- dengan desain profilnya banyak bambu. Di setiap lorong setiap gang, banyak jalur bambu. Namun konsep dengan desain itu tak bertahan lama karena rusak oleh hujan. Warna cat seluruh tembok rumah warga, gang-gangnya berganti menjadi hijau muda, sehingga terkesan lebih cerah dan segar.
Akhirnya KBA Kampung Labirin ini secara resmi diluncurkan sebagai salah satu destinasi wisata baru oleh Wali Kota Bogor, pada 1 Desember 2019. Setelah peresmian pun, peran AHM tidak berhenti. Dengan sentuhan dari AHM, baik bantuan dana atau permodalan dan pembinaan berupa pelatihan-pelatihan, pihak Kompepar Kampung Labirin melakukan pengembangan atau penambahan spot wisatanya.
Permodalan di awal, lanjut Ndin, melalui pihak ketiga sebesar Rp 100 juta. Kedua dan ketiga langsung oleh pihaknya dengan masing-masing besaran sekitar Rp100 juta dan Rp50 juta. Dana-dana tersebut digunakan untuk infrastruktur seperti jalan, pengecatan dan pengadaan berbagai peralatan. Termasuk pengadaan komputer dan perlengkapan pendukung lainnya.
Ndin yang saat itu ditemani Agus Saifullah, Ketua RT 1 mengatakan paling dirasakan lagi dari sentuhan AHM adalah pembinaan berupa pelatihan-pelatihan. Karena diakuinya itu yang menjadi tantangan terbesarnya. Sebab keterbatasan kemampuan warga, baik secara ekonomi, keahlian, pola pikir dan perilaku atau kebiasaan. Masih menurut Ndin, dalam pengembangan Kampung Labirin, AHM bergerak secara total dan semua hal harus diperhatikan.
Bantuan pendidikan berupa beasiswa pun diterima warganya. Dia menyebut jumlah warganya usia produktif saat ini ada sekitar 40 persen. Kemudian ada sekitar 20 persen warga putus sekolah.
Sedikitnya, kini sudah ada 40 orang yang mendapat beasiswa melanjutkan pendidikan. Mereka rata-rata putus sekolah tingkat SMP dan SMA. Bermodal dana yang masih bantuan AHM dan bekal pendidikan serta pelatihan itu, kini kompepar tengah mempersiapkan diri untuk mandiri.
Karena keterbatasan lahan, kompepar mengubah lahan yang tadinya digunakan untuk parkir atau menyimpan motor warga. Lahan dengan luasan sekitar 8 meter x 4 meter yang termasuk di dalamnya jalan atau gang utama kampung tersebut, disulap jadi aula atau tempat segala macam kegiatan. Di sampingnya, sebuah ruangan ukuran sekitar 2 x3 meter jadi pos wisata dan perpustakaan atau taman baca. Ruangan itu kini penuh dengan buku-buku. Pun demikian dengan ruangan di atasnya. Awalnya jadi posko kompepar, kini jadi tempat pembuatan cendramata atau penyablonan kaos, tas, masker dan topi.
"Ini kami beli kursi-kursi seperti yang kita duduki. Kita mau buat semacam EO (event organizer),"ungkapnya.
Bukan itu saja, ke depannya juga akan membuat mushola, koperasi dan bank sampah. Karena keterbatasan lahan, untuk bank sampah saat ini, ada di luar kampung. Mereka harus menyewa tempat.
"Kita ingin kelola bank sampah di sini. Sekarang sudah berjalan. Setiap Sabtu warga aktif kumpulin barang bekas. Sampah selama ini hanya dibuang, tapi sekarang jadi uang,"tutupnya.
Sementara itu, semangat, keguyuban, kekompakan warga dan kolaborasi dengan AHM semakin kuat dan membuat Kampung Labirin dan warganya bertahan dan tetap berseri di tengah pandemi. Agus Saifullah Ketua RT 1 berkisah, bahwa di masa pandemi peran AHM dirasakan warganya. Dimana sejak awal pandemi, AHM menyokong kebutuhan pangan berupa bantuan sembako. Itu dilakukan setiap bulan hingga saat ini.
"Ini sangat membantu warga kami untuk bisa bertahan hadapi kesulitan di masa pandemi,"ungkap Agus.
Pada kesempatan berbeda, Ketua Yayasan AHM, Ahmad Muhibbuddin mennuturkan, Kampung Labirin Astra Honda merupakan kontribusi Yayasan AHM dalam pengembangan kawasan wisata dan budaya yang diangkat dari potensi dan kearifan lokal serta berkonsep sustainable community design.
"Melalui program ini, kami berharap Kampung Kebon Jukut, mampu semakin menggerakkan roda ekonominya dengan pendapatan yang meningkat secara berkesinambungan dengan masyarakat setempat yang menjalankan prosesnya,"ungkapnya.
Dia menjelaskan, pengembangan Kampung Labirin Astra Honda melibatkan berbagai elemen masyarakat, baik warga kampung tersebut, tokoh dan relawan masyarakat setempat, Pemerintah Kota Bogor, serta bantuan para ahli yang memiliki kompetensi dalam bidang pelatihan wisata, kuliner, dan budaya. Yayasan AHM lanjutnya, telah melakukan berbagai kegiatan di sana melalui kegiatan pengembangan kompetensi warga dan bantuan penyediaan sarana wisata, serta modal usaha dan operasional kegiatan warga.
Program ini diawali dengan penataan wilayah berupa pengecatan area kampung yang dapat menarik wisatawan, pembangunan posko wisata, pembuatan sudut swafoto, dan peningkatan kepedulian warga untuk selalu menjaga kebersihan area kampungnya.
"Di bidang kuliner, kami bersama beberapa pakar kuliner memberikan pelatihan intensif untuk membuat makanan yang memiliki standar cita rasa dan higienitas tinggi. Harapannya, pengunjung Kampung Labirin Astra Honda bisa memilih berbagai kuliner berkualitas dan higienis khas karya warga yang beragam. Ada emping jengkol, soto kuning, laksa bogor, toge goreng, dan mie glosor,"bebernya.
Di bidang budaya, Yayasan AHM mendorong semangat warga untuk memperkenalkan budaya lokal. Generasi muda di sini mendapatkan pelatihan sebagai pemandu wisata untuk memberikan layanan memuaskan bagi pengunjung.
Selain itu, para pemuda pemudi dilatih untuk menguasai berbagai tarian tradisional dan alat musik marawis sebagai elemen hiburan bagi pengunjung. Tak hanya itu, mereka juga membangun kesadaran lingkungan dengan membuat orkestra mini dengan menggunakan barang-barang bekas. Untuk pengembangan yang terbaru adalah wisata air, pihaknya juga secara komprehensif turut mendukung. Diantaranya dengan memberikan perahu dan pelatihan warga agar mampu menjalankan wisata tersebut secara aman dan nyaman serta dengan standar keamanan yang tepat.
Untuk Kampung Berseri Astra atau KBA sendiri dibentuk dengan harapan masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Yayasan AHM juga mengembangkan Kampung Berseri Astra Honda Lainnya yaitu KBA Proklim RW 01 Sunter Jaya di DKI Jakarta dan KBA Cidadap Ecovillage di Bandung Barat. Kampung Labirin Astra Honda adalah wilayah yang terbaru. Mulai dikembangkan Desember 2018.
"Kami akan memantau secara berkesinambungan wilayah yang dibina terkait dengan kemampuan kemandiriannya. Kami berharap Kampung Berseri Astra Honda menjadi kampung yang mandiri dan menginspirasi kampung-kampung lain di sekitarnya," pungkasnya.
baca juga: Liang Tapah "Goa Pindul" di Kaki Meratus
Sementara itu, Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor menjadikan KBA Kampung Labirin salah satu prioritas pengembangan. Hal itu dilakukan dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi atau program bangkit dari covid-19.
Rusdiyanto Lubis, Kasi Sarana Daya Tarik Objek Wisata Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor mengungkapkan KBA Kampung Labirin merupakan satu dari 6 tempat wisata yang berbasis sungai di Kota Bogor, yang akan dikembangkan dan menerima bantuan. Asal bantuan dari hibah Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk Kota Bogor yang totalnya mencapai Rp73 miliar dalam upaya pemulihan ekonomi. KBA Kampung Labirin mendapat Rp400 juta.
"Itu hibah pemkot melalui proses pengajuan proposal. Awalnya mengajukan Rp1 miliar tapi yang disetujui Rp400 juta. Nantinya ini akan digunakan atau difokuskan ke pengadaan barang saja, seperti penambahan perahu dan pembinaan petugas rescue. Tidak bisa ke pembangunan infrastruktur, karena sungai masuk wilayah BBWSCC," pungkasnya.(OL-3)
KABAR duka datang dari Pemerintahan kota Bogor. Wali Kota Bogor periode 1999-2004, Iswara Natanegara meninggal dunia.
Status siaga 3 yang sudah terjadi selama empat jam lebih ini membuatnya khawatir dengan kondisi hilir.
Kemenhut menertibkan aktivitas pertambangan ilegal di kawasan hutan produksi terbatas Gunung Karang, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor
Dari hasil investigasi, kawasan hutan tersebut diduga dimanfaatkan untuk pertambangan tanpa izin yang sah berupa galian batu kapur (karst).
Bertepatan dengan hari jadi, Bonvie meluncurkan program sosial bertajuk “Tumbuh Bersama Bonvie”.
Beberapa titik sudah mulai dilakukan normalisasi. Meski sifatnya masih dalam rangka penanganan darurat, tetapi spek teknisnya sudah mulai mengarah pada standar normalisasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved