Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Disdik Loloskan CPDB Beda Wilayah dengan Sekolah

Putri Anisa Yuliani
06/7/2020 17:05
Disdik Loloskan CPDB Beda Wilayah dengan Sekolah
Karangan bunga dari warga terkait PPDB di DKI Jakarta(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI.)

Pupus sudah harapan Lisa yang berusia 12 tahun 5 bulan untuk bisa bersekolah di sekolah impiannya, yaitu SMPN 216 Jakarta Pusat. Kakak Lisa, Nidan, menyebut sekolah itu hanya terletak 800 meter dari rumahnya di Kelurahan Kenari.

Namun, Nidan harus meredam emosi adiknya lantaran gagal masuk ke sekolah itu karena faktor usia. Nidan menyebut Lisa adik semata wayangnya itu juga gagal masuk ke sekolah lain yang diincar, yakni SMPN 8 Jakarta karena faktor yang sama, usia.

Tidak hanya pendaftaran melalui jalur zonasi, Nidan juga sudah membantu adiknya itu mendaftar ke jalur afirmasi dan prestasi. Namun, semuanya gagal karena terpentok akreditasi sekolah adiknya yang biasa-biasa saja.

Baca juga: Sekda DKI Jakarta: Yang Tak Lolos PPDB, Silahkan ke Swasta

Nidan juga sudah mencoba jalur zonasi bina RW, tapi kembali gagal karena tempat tinggalnya berbeda RW dengan SMPN 216. Nidan mengatakan jika seleksi jalur zonasi berdasarkan jarak dan nilai mungkin ia dan bisa lebih mengikhlaskan kegagalan masuk sekolah negeri.

"Karena kasihan adik saya sudah belajar buat bimbel juga. Nilainya bagus-bagus rata-rata 85, tapi kalah sama yang tuaan," ungkap Nidan kepada mediaindonesia.com.

Nidan menyebut menggunakan usia sebagai parameter seleksi juga memiliki celah. Pasalnya ia mengetahui dari kawan-kawan adiknya bahwa banyak anak dari kelurahan yang lebih jauh justru bisa diterima di SMPN 216. Contohnya Kelurahan Utan Kayu Selatan dan Kelurahan Jatinegara yang sudah masuk ke wilayah Jakarta Timur.

"Jadi, nggak adil saja. Bukan beda kelurahan lagi, tapi beda wilayah bisa diterima karena usia ada yang sudah mendekati 13 tahun memang," ujar Nidan.

Jika tidak ada pilihan lain, Nidan menyarankan Lisa masuk MTS negeri. Nidan khawatir orangtuanya tidak mampu menyekolahkan Lisa di sekolah swasta. Rata-rata sekolah swasta di Jakarta Pusat adalah sekolah-sekolah mahal dengan uang pangkal mencapai belasan juta rupiah.

"Saya juga menyemangati dia supaya tetap semangat belajar meski tidak di sekolah negeri yang dia inginkan yang dekat dari rumah. Saya tekankan kalau sekolah itu dianggap kurang berprestasi, maka dialah yang sebisa mungkin membuat prestasi agar sekolah itu dikenal," tuturnya. (OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik