Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Ini Alasan Bioskop dan Konser Musik Belum Diperbolehkan Aktif

Putri Anisa Yuliani
23/6/2020 19:38
Ini Alasan Bioskop dan Konser Musik Belum Diperbolehkan Aktif
Bioskop tutup(Antara)

KEPALA Dinas Pariwisata dan Ekonomi (Parekraf) DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia membeberkan alasan belum diperbolehkannya bioskop dan gelaran konser aktif kembali di Jakarta.

Dalam rapat bersama Komisi B DPRD DKI Jakarta Cucu menyebut sudah mendorong agar bioskop kembali dibuka. Usulan itu ia sampaikan kepada Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DKI Jakarta. Hingga kini, Cucu menegaskan pihaknya menunggu apapun keputusan Tim Gugus Tugas.

"Jadi begini ya. Semangatnya kalau kami di Disparekraf ya sama sama Komisi B. Kita ingin cepat semuanya normal, tapi di sini kan ada pihak lain nanti Gugus Covid yang memang punya apa kriteria-kriteria tertentu ya. Kita jadi saling hormati bersama, karena keselamatan itu nomor satu di rumusnya, baru yang ini, yang ini. Jadi bioskop, ya, kita usahakan kita dorong, tapi nanti apa namanya keputusannya di Tim Covid," kata Cucu usai rapat dengan Komisi B DPRD DKI Jakarta, Selasa (23/6).

Menurutnya, pembukaan bioskop akan menunggu evaluasi dari PSBB Transisi fase 1. Evaluasinya direncanakan akan digelar akhir bulan ini.

Selain itu, Cucu menyebut hitung-hitungan ekonomi juga menjadi salah satu penyebab bioskop belum dibuka hingga saat ini.

Baca juga : Pengunjung Mal dan Tempat Wisata Rendah Selama PSBB Transisi

Industri layar lebar juga terdampak karena pandemi covid-19. Namun, bila harus buka kembali dengan menerapkan pembatasan 50% dan bertarif tiket sama seperti sebelum ada wabah, Cucu menyebut pengusaha banyak yang merugi.

"Ya seperti bioskoplah, kenapa nggak dibuka, mungkinkan ada hitung-hitungan bisnis. 50% dibuka, mereka nggak balik modal. Itu yang jadi perdebatan," ungkapnya.

Hal yang sama juga terjadi pada penyelenggaraan konser musik. Selama ini Cucu erat menggelar komunikasi dengan berbagai promotor acara musik dan seni di Jakarta.

Dari komunikasi itu ia melihat belum ada kecocokan antara skema biaya dengan kapasitas muatan penonton. Jika tetap ada batasan 50% dengan berbagai protokol, jumlah penonton dalam satu 'venue' akan sangat sedikit. Namun, biaya yang dikeluarkan tetap sama besar. Jika dibebankan keseluruhan pada tiket penonton, promotor khawatir penonton tidak berminat dan konser justru sepi dan merugi.

Selain itu Cucu menyebut dari skema penerapan protokol kesehatan di acara musik yang ditawarkan oleh promotor belum ada yang sesuai dan memenuhi standar protokol kesehatan.

"Saya hampir tiap malam nongkrong dengan promotor yang berbeda-beda. Kalau sekarang saya tanya balik ''di luar negeri sudah dicoba belum?' jawabannya belum," tukasnya.(OL-2)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik