Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KETUA Bidang Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Yusnar Yusuf Rangkuti mengatakan radikaliasme adalah ajaran pemikiran menyimpang dari paham yang sebenarnya tentang Islam itu sendiri.
Adanya pemikiran yang menyimpang dari Islam itu dikarenakan memahami terhadap ajaran yang tidak sempurna dan kurang mendalam.
“Kemudian memandang orang lain itu tidak sesuai dengan pandangan dia. Inilah yang kemudian menjadi paham radikal. Padahal paham yang benar tentang Islam itu tentunya adalah ‘Ya’lu Wala Yu’la ‘alaihi’ yang artinya adalah Islam itu adalah sesuatu agama yang lebih tinggi dari pada agama yang lain sehingga tidak perlu khawatir,” ujarnya, Jumat (19/6).
Yusna yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah ini menyampaikan, salah satu cara untuk membendung penyebaran paham radikalisme ialah melalui dakwah tanpa henti guna meluruskan pandangan melenceng.
“Dakwah harus terus dilakukan tanpa henti untuk memberikan pandangan yang benar dan meluruskan padangan-pandangan yang melenceng terhadap Islam itu tadi. Sehingga masyarakat memiliki paham yang benar bahwa Islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin (rahmat semesta alam) dan tidak mengajarkan kekerasan ataupun melakukan aksi terorisme,” tuturnya.
Menurut Yusnar, sebenarnya perbedaan pendapat di dalam agama Islam adalah suatu hal yang biasa. Contohnya mengenai adanya kebijakan yang mengatakan boleh shalat Jumat beberapa gelombang saat pandemi korona.
“Ada yang mengatakan boleh dilakukan bergelombang, berganti-gantian sebagai upaya untuk mencegah peyenbaran virus corona. Ini juga sempat menjadi pertentangan di media. Tapi ya silakan saja salat Jumat sesuai yang ditetapkan, kan itu hanya sementara saja yang tujuannya baik untuk mencegah penyebaran virus,” ujar Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) tersebut.
Yusnar mengatakan perlunya moderasi beragama untuk menanamkan sikap toleransi keberagaman kepada masyarakat.
Menurut dia, imunitas terhadap paham radikal itu sudah ada pada diri masing-masing manusia. Namun demikian, imunitas itu juga dapat dibantu dengan vaksin antiradikalisme untuk meningkatkan kekuatannya dalam melawan virus radikalisme yang menyimpang.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada umat muslim di Indonesia untuk kembali memunculkan keramahtamahan yang dimiliki masyarakat Indonesia. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar sesama warga bangsa ini dan terhadap warga bangsa lain.
"Kembalilah kita galakkan senyum yang ramah kepada semuanya, karena dengan senyum itu akan terlihat bahwasannya bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang ramah, bangsa yang sangat toleran,” pungkasnya. (OL-8).
Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Front Muslim Muda Banten (FMMB) mengutuk keras tindakan pemerintah Tiongkok terhadap masyarakat muslim yang ada di Uighur.
Menurut Yuliana meningkatkan kesadaran akan pentingnya sertifikasi halal menjadi urgensi tersendiri.
PEMERINTAH Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) bersikap tegas terhadap negara yang membiarkan pembakaran kitab suci.
ORGANISASI Kerja Sama Islam (OKI) menangguhkan status Utusan Khusus bagi Swedia dengan organisasi itu, menurut pernyataan resmi yang dikeluarkan.
Salah satu arsip sejarah penting adalah terkait terbentuknya Organisasi Konferesi Islam pada 1969 yang dipelopori oleh Raja Hasan II dari Maroko dan Raja Faisal dari Arab Saudi.
Timur Tengah sudah selesai dalam melahirkan Islam. Saatnya estafet peradaban dunia Islam masa depan bergeser ke Indonesia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved