Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KEPALA Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta, Chaidir menegaskan tidak boleh ada calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang terpapar paham radikalisme. Menurutnya, Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) menjadi acuan untuk mengetahui seorang pelamar terpapar radikalisme atau tidak.
"Alhamdulillah, dari tahun ke tahun kalau yang bersangkutan ketahuan terindikasi (paham radikalisme), enggak bakal lulus. Karena ada sistem yang mengurusi itu. Dari soal-soal tes seleksi ada indikatornya apakah mereka terpapar atau tidak," ungkap Chaidir kepada Media Indonesia, Jakarta, Selasa (19/11).
baca juga: Kualitas Pendidikan Mandek Gara-gara Terpapar Radikalisme
BKD DKI juga akan meminta keterangan lebih dalam kepada CPNS yang lolos. Dari keterangan dan data tersebut, pihaknya akan mengetahui seperti apa rekam jejak mereka.
"Kemudian, kami juga mengetahui laporan dari masyarakat, kurang dan kelebihanya kita bisa tahu. Sejauh ini tidak ada (PNS DKI terpapar radikalisme). Semua pada patuh terhadap aturan. Kalau ada radikal bisa kelihatan langsung," jelas Chaidir
Chaidir juga mengungkapkan jumlah pelamar pegawai negeri sipil (PNS) saat ini mencapai 13.416. Pendaftaran CPNS 2019 mulai dilakukan pada Senin (11/11) lalu.
"Formasi yang paling banyak peminat adalah guru kelas, perawat dan bidan," terangnya.
Pembukaan lowongan CPNS, kata Chaidir, hingga 25 November. Pemprov DKI Jakarta membuka menerima CPNS 2019 sebanyak 2.998 orang. Dimana, mereka akan mengisi tiga sektor yaitu pendidikan, kesehatan dan tenaga teknis administrasi. (Ins/A-3)
Pencegahan tidak hanya dilakukan dari sisi keamanan tapi juga harus bisa memanfaatkan teknologi IT
Gubernur Khofifah dan BNPT RI berkomitmen tanamkan moderasi beragama sejak dini di sekolah untuk cegah radikalisme. Jatim perkuat sinergi pusat-daerah.
BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Komisi XIII DPR RI terus memperkuat upaya pencegahan radikalisme dan terorisme.
EKS narapidana terorisme (napiter) Haris Amir Falah mengungkapkan desa sering menjadi sasaran utama kelompok radikal dalam merekrut anggota baru.
Saat ini kita harus mendukung kebijakan pemerintah dalam memperkuat langkah strategis mengatasi radikalisme.
Program berupa pelatihan kewirausahaan berbasis perempuan ini merupakan wujud women empowerement di sisi lingkup yang lebih luas dan berkelompok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved