Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
RANGKAIAN Dies Natalis IPB University ke-56 ditandai juga dengan gerakan konservasi flora di Indonesia lewat penanaman pohon langka nusantara di kompleks IPB University.
Peluncuran gerakan hijau itu dilakukan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/9) dengan dihadiri Rektor IPB Univesity Arif Satria dan Rektor Wageningen University Arthur P.J Mol.
Turut hadir dalam peluncuran tersebut ialah Ketua Himpunan Alumni (HA IPB) Fathan Kamil dan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bambang Supriyanto.
Arif Satria mengatakan, upaya penamanam pohon langka nusantara itu merupakan bagian komitmen pihaknya untuk menjadi perguruan tinggi berkelanjutan (sustainable university).
"Jadi konservasi pohon langka ini sangat penting untuk biodversitas. Inspirasi itu dari IPB ke dunia,"katanya.
Baca juga : IPB Raih Dua Penghargaan Iptek dan Inovasi 2019
Arif berharap, gerakan hijau itu selain mampu merawat biodiversitas di Indonesia yang beragam, juga mampu membuat kampus IPB University menjelma menjadi green campous atau kampus hijau.
Gerakan konservasi pohon langka nusantara itu sendiri merupakan inisiasi dari HA IPB yang menjadi kerja sama dengan Seameo Biotrop dan KLHK.
Ketua HA IPB Fathan Kamil mengatakan, hal itu merupakan upaya untuk menjaga ekologi Indonesia agar di masa depan, masyarakat Indonesia bisa terus menikmati keragaman biodiversitas yang ada di nusantara,.
"Ini dibutuhkan sekali ke depan, buat anak cucu kita. Karena kita menanam pohon ini untuk 10, 20 tahun ke depan," katanya.
Kerja sama konservasi itu, lanjut Fathan, sejatinya telah dimulai setahun lalu. Tujuannya selain untuk melestarikan pohon langka nusantara, juga membangun kesadaran dalam bentuk keilmuan.
"Uji coba tahun lalu berhasil karena kita konsen dan teman-teman bergerak semua. Sebanyak 15 ribu pohon sudah kita tanam. Sekarang komitmen kami melakukan di 20 titik,"katanya.
Ke-20 titik itu tersebar di Sumatera, Jawa, Nusa Tengara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat. Di tiap titik, akan ditanam pohon langka nusantara di lahan seluas 2-10 hektare.
Sehingga dalam 2-3 bulan setelahnya diharapkan akan ada 25-30 ribu pohon langka asli nusantara yang tertanam.
"Tahun lalu diawali di sekitar kampus. Kini kita masifkan. HA IPB kini sudah ada di 30 propinsi, kita mulai gerak. Di Jawa Barat sudah siap, minggu lalu baru dilaksanakan di Garut," ungkapnya.
Beberapa jenis pohon langka yang ditanam itu diantaranya Rasamala (Altingia excelsa Noronha), Eboni/Kayu Hitam (Diospyros celebica), Meranti Palembang (Shorea palembanica), Meranti Merah (Shorea selanica), Ulin/Bulian (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn), Kruing gunung (Dipterocarpus retusus), Merbau (Insia bijuga), dan Takian/hopea (Hopea nigra).
Bibit pohon langka tersebut diperoleh dari Kebun Raya Bogor dan Seameo Biotrop.
"Pohon langka ini memang yang dibutuhkan. Pertama dari sisi konservasi mampu mendorong penguatan. Kedua juga tidak cepat dijamah orang banyak. Yang khusus lagi, kita konsen ke hulu sungai, karena ingin menjaga mata air," ujarnya.
Direktur Jenderal PSKL KLHK Bambang Supriyanto mengungkapkan, gerakan yang dilakukan IPB, sejalan dengan gerakan menaman yang diinisasi oleh KLHK.
Baca juga : IPB Kaji Jabodetabek sebagai Megacity
Implementasi gerakan menanam itu, lanjut Bambang ialah dengan menyediakan bibit pohon buah dan pohon penghijauan. Masyarakat yang ingin mendapatkan bibit tersebut hanya perlu menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) ke permanent nursery atau persemaian permanen yang kini ada di 57 titik di Indonesia.
Di sana, masyarakat bisa melakukan pengajuan langsung untuk mendapatkan 5 bibit pohon buah dan 10 bibit pohon penghijauan.
"Setiap titik permanent nursery memproduksi sekitar 1 juta bibit. Kalau 1 hektare adalah 1.100 maka kurang lebih ada 50 ribu hektare per tahun dari gerakan masyarakat Indonesia. Apalagi kalau itu bibit yang dipilih adalah bibit pohon langka, ini bisa jadi sebuah sinergi yang sangat bagus antara IPB dengan Kementrian LHK,"ungkapnya.
Terkait gerakan yang dilakukan IPB University, Bambang mengapresiasi pilihan IPB terhadap pohon langka nusantara yang merupakan tanaman native atau asli Indonesia. Hal itu bisa menjadi bagian dari upaya menjaga keragaman flora di Indonesia.
"Contoh yang kita tanam kayu besi. Kekuatannya sangat luar biasa untuk bantalan rel, untuk dermaga. Itu endemik dari Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Kemudian kayu hitam untuk mebel. Ebony itu dari Sulawesi Tengah yang kalau dijual kiloan sangat bernilai. Jadi upaya ini jangan hanya sekedar menanam. Buahnya dapat, penghijauan juga dapat dan yang langka,"pungkasnya. (OL-7)
Kini, beberapa negara melindungi 30% sampai 2030. Itu tidak cukup cepat
HUTAN tidak hanya kayu. Para petani di pinggiran hutan di Kalimantan Selatan sudah membuktikannya
Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan Hutan lestari yang dilaksanakan dalam Kawasan Hutan Negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh Masyarakat setempat.
Dalam versi asli kala ini, para pakar konservasi mengirimkan 50 ekor macaw Spix dari Jerman ke Brasil dengan target mengembalikan mereka ke habitat asli.
Dalam rekaman video itu, beberapa ekor harimau melintas di depan jebakan kamera. Bahkan, seekor dari mereka menemukan lensa tersembunyi dan mendekat untuk menyelidiki.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved