DKI Siapkan Rp3,2 Triliun untuk Integrasi Angkutan Umum

Theofilus Ifan Sucipto
07/8/2019 12:00
DKI Siapkan Rp3,2 Triliun untuk Integrasi Angkutan Umum
Sopir angkot ngetem sembarangan di Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan.(MI/BARY FATHAHILAH)

PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menganggarkan Rp3,2 triliun untuk mempercepat integrasi sistem angkutan umum. Mereka menargetkan integrasi angkutan di Ibu Kota rampung pada 2020.

"Kami mendapat penugasan untuk merealisasikan integrasi seluruh layanan angkutan umum di Jakarta maksimal tahun 2020 sebanyak 10.047 unit armada," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo di Balai Kota DKI, Selasa (6/8).

Syafrin menyebut, jumlah itu mencakup angkutan umum reguler dari berbagai ukuran. Sejauh ini, terdapat 3.359 armada yang tergabung dalam sistem Jak Lingko, yakni 1.779 unit bus besar, 420 unit bus sedang, 1.160 unit bus kecil.

Dia berharap tidak ada lagi angkutan umum berusia tua yang beroperasi pada 2020.

Hal itu, kata Syafrin, sesuai dengan semangat Instruksi Gubernur (Ingub) nomor 66 Tahun 2019 tentang percepatan pelaksanaan pengendalian kualitas udara Jakarta.

Baca juga: Skema Ganjil-Genap akan Diumumkan

"Tujuan kami tentu tidak ada lagi yang namanya polusi udara, sumber pencemar dari transportasi angkutan umum, dan aspek asap mengebul," tuturnya.

Selain itu, Syafrin menargetkan seluruh layanan angkutan umum mencakup 90% area di Jakarta pada 2020. Dia ingin masyarakat beralih dan memanfaatkan integrasi angkutan umum.

Sementara itu, Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Agung Wicaksono mengungkapkan anggaran Rp3,2 triliun dikucurkan untuk Trans-Jakarta.

Jumlah itu akan digunakan sebagai public service obligation (PSO), atau kewajiban pelayanan publik.

"Inilah bentuk komitmen Pemprov DKI Jakarta mendukung Trans-Jakarta agar warga terinsentif, agar warga terdorong untuk naik angkutan umum massal," kata Agung.

Dia menjelaskan anggaran tersebut dialokasikan 50% atau sekitar Rp1,6 triliun untuk belanja armada baru. Sedangkan sisanya digunakan untuk mengelola ekosistem oeprasional angkutan umum berbasis trayek di Jakarta.

Agung menyebut besaran PSO dari Pemprov DKI meningkat hampir 10 kali lipat sejak 2011. Kala itu, Pemprov DKI menganggarkan Rp333 miliar.

"Kita tidak melihat sebagai sebuah subsidi, dengan pemerintah menalangi biaya penyelenggaraan transportasi umum. Tapi bagi Trans-Jakarta ini adalah bentuk Pemprov DKI Jakarta membiayai para pelanggan," tutur Agung. (Medcom/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya