Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Teroris telah Mengubah Target

Erandhi Hutomo Saputra
16/1/2016 09:00
Teroris telah Mengubah Target
(ANTARA/WAHYU PUTRO A)


TERJADINYA aksi teroris di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1), praktis bukan hanya menjadi tanggung jawab Badan Intelijen Negara dan Polri dalam mengantisipasi ataupun menangani serangan.

Peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pun sangat strategis dalam sisi pencegahan.

Kenapa teror tersebut sampai terjadi?

Siapa pelaku maupun tujuan mereka?

Sejauh mana pula upaya deradikalisasi untuk mencegah anak bangsa terjerumus ke gerakan sesat?

Berikut wawancara wartawan Media Indonesia, Erandhi Hutomo Saputra, dengan Kepala BNPT Saud Usman Nasution di kantornya di Sentul, Bogor, Jawa Barat, kemarin:

IS (Islamic State) mengaku bertanggung jawab atas teror Thamrin, Polri pun menyatakan pelaku terkait dengan IS. Tanggapan Anda?

Memang kalau kita lihat kemarin penjelasan dari Kapolda Metro Jaya di Istana dan pantauan dari tim kita di lapangan, semua kejadian ini merupakan kegiatan amaliyah dari kelompok ISIS (sekarang IS) yang ada di Indonesia.

Dari hasil pantauan kita selama ini, mereka ingin melakukan 'konser' di malam Natal (2015) dan Tahun Baru (2016).

Pada saat malam Natal dan Tahun Baru mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena mungkin dilihat dari seluruh lapisan sangat aman.

Berarti sudah bisa dipastikan kelima pelaku dari IS?

Mereka jaringan dari ISIS yang ada di Indonesia.

Mereka anak buah Bahrun Naim yang sekarang berada di Raqqa (ibu kota IS di Suriah). Dia dua tahun lalu ke sana.

Sekuat apa jaringan Bahrun Naim?

Di Suriah ada kelompok yang ingin membentuk jaringan yang sepaham di Asia Tenggara.

Mereka ingin eksis dan itulah kelompok Katibah Nusantara.

Mereka ingin menunjukkan aksi, melaksanakan amaliyah dan juga menunjukkan kepada dunia bahwa mereka eksis.

Bahrun Naim bebas setelah divonis 2,5 tahun pada 2011, BNPT tetap memberikan perhatian khusus?

Kita sudah memberi tahu kepada seluruh aparat di lapangan bahwa kelompok Bahrun ini akan melakukan amaliyah, akan melaksanakan 'konser' di malam Natal dan Tahun Baru sehingga diharapkan waspada dan peduli. Kita sudah tahu akan ada rencana itu.

Karena itu, kita pantau terus, kemudian untuk mengantisipasi kita lakukan penangkapan-penangkapan pada kelompok-kelompoknya.

Memang ada satu atau dua yang belum tertangkap, dan merekalah yang kemarin beraksi.

Apakah ada kelompok lain?

Banyak, kita lihat Abu Bakar Baasyir telah berbaiat bergabung dan menganjurkan kepada kelompoknya (untuk bergabung IS).

Oman Abdurrahman telah berbaiat dan bergabung dengan IS dan juga menganjurkan kelompoknya.

Demikian juga Santoso. Juga ada Bahrumsyah. Masih banyak.

Menurut Anda, apa tujuan pelaku teror Thamrin?

Ini berbagai kemungkinan, antara lain untuk menunjukkan eksistensi dan melaksanakan amaliyah, berbagai motif.

Teror Thamrin ada kaitan dengan kembalinya 70 WNI dari Suriah pada November lalu?

Yang jelas penyerangan kemarin dari kelompok Bahrun Naim.

Kita minta seluruh aparat di lapangan waspada karena mereka menargetkan aparat keamanan juga kepentingan asing di Jakarta.

Bahkan mereka menganggap pemerintah kita ini thogut.

Pada beberapa kejadian sebelumnya teroris menyasar restoran dan hotel yang identik dengan Barat, tetapi kali ini mereka juga menjadikan pos polisi sebagai sasaran. Apakah polanya sudah berubah?

Awalnya mereka mencari korban sebanyak-banyaknya sehingga yang dihantam hotel atau restoran.

Saat ini, karena mendapat kecaman dari berbagai pihak, mereka menyasar target tertentu, misalnya Polri sebagai thogut karena banyak melakukan penangkapan-penangkapan terhadap kelompok mereka.

Mereka juga masih dendam terhadap asing.

Memang sangat sulit untuk mencegah rencana teror?

Namanya orang, rambut sama hitam tapi apa tujuan dan kapan dia melakukan kan kita tidak tahu persis. Dia baru berbuat saat ada kesempatan.

BNPT kewalahan mencegah teroris karena UU No 15/2003 tentang Terorisme tak membolehkan menindak terduga teroris sebelum berbuat teror?

Memang. Selain itu, di KUHP mengatur tentang makar, sedangkan ISIS ini bukanlah suatu negara sehingga kita tidak bisa mengategorikan ini perbuatan makar.

Makanya, diharapkan dalam revisi UU Terorisme bisa dimasukkan (aksi makar itu) sehingga bagi WNI yang menyatakan keluar dari NKRI dan bergabung dengan khilafah bisa dikategorikan melakukan tindakan makar.

Bagaimana telaah BNPT untuk antisipasi aksi teror selanjutnya?

Saya kira itu nanti tim di lapangan dari aparat penegak hukum akan melakukan pendalaman.

Kita (BNPT) dari aspek deradikalisasinya, pendekatan kultur budaya, bagaimana mengubah mindset dan mencoba agar masyarakat tidak terpengaruh. (X-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik