Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
MUSIM kemarau tidak hanya memberikan dampak kekeringan. Tapi juga minimnya curah hujan membuat polutan dari emisi gas buang kendaraan bermotor dan debu berterbangan. Sehingga tanah yang mengering jadi terkungkung di udara. Padahal dengan air hujan, polutan akan meluruh.
Beberapa negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Thailand melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk meluruhkan polusi udara. Di Indonesia, TMC baru dilakukan sebatas hujan buatan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta bencana kekeringan.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tri Handoko Seto, mengatakan, selain untuk kekeringan TMC bisa pula digunakan untuk memecah konsentrasi polusi di udara. Untuk polusi udara, TMC yang dibutuhkan khusus karena sangat lokal dan berat. Dia mengibaratkan awan harus dicuci sehingga polutan berkurang.
"Terkait polusi udara, BPPT belum melakukan tindakan apapun. Namun baru sebatas memberikan konsultasi teknologi. Tapi kami siap jika diminta," kata Tri Handoko Seto, di Jakarta, Senin (29/7).
Baca juga: Dishub DKI Gandeng BPJT Uji Emisi di Pintu Keluar Tol
TMC untuk polusi ini berbeda halnya dengan TMC untuk mengatasi kekeringan dan karhutla. Jika TMC untuk karhutla menggunakan garam halus untuk menyemai awan dan memaksanya menjadi awan hujan, TMC untuk polusi udara justru menggunakan es kering.
Es kering (dry ice) ini berupa kapsul yang berisi karbondioksida untuk mengganggu awan dan atmosfer yang stabil sehingga sedikit demi sedikit berubah dari kestabilannya dan membuat polutan terangkat ke atas.
"Saat musim kemarau, atmosfer akan stabil karena temperatur udara semakin ke atas semakin stabil sehingga merangkap polutan. Dengan menebar dry ice, lapisan yang stabil itu kita bongkar," ujarnya.
Menurut dia, upaya TMC ini akan jauh lebih signifikan ketimbang menyemprotkan air dari udara atau puncak gedung.
Proses TMC ini diawali dengan mengukur udara vertikal ketinggian 5.000 kaki. Ketika ditemukan ada udara stabil, es kering akan ditabur. Operasi ini juga menggunakan pesawat yang serupa ketika melakukan TMC hujan buatan.
Pesawat jenis Cassa bisa digunakan dengan ketinggian terbang 8.000-12.000 kaki. Upaya menebar es kering juga bergantung ketebalan awan bisa lebih dari dua kali penerbangan.
Ia memperkirakan untuk TMC mengatasi polusi di kota besar biaya per hari bisa mencapai Rp130 juta-Rp150 juta. "Kita siap bantu Jakarta kalau diminta. Jika memang TMC untuk polutan ini mau digunakan, kami senang sekali," lanjutnya.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved