Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
KONDISI ekonomi Jakarta, sebagai jendela Indonesia, selama 2019 masih akan tumbuh baik. Pendorong utamanya ialah kegiatan konsumsi rumah tangga.
"Pertumbuhan tetap terjaga karena tingkat ekspektasi masyarakat yang tetap tinggi terhadap kondisi perekonomian. Dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga stabil pada 2018, Bank Indonesia memperkirakan fase perbaikan ekonomi DKI Jakarta akan berlanjut pada 2019," ungkap Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Sithowati Sandrarini, kemarin.
Dia menambahkan penyelenggaraan pesta demokrasi, khususnya pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden pada tahun ini akan mendorong pertumbuhan konsumsi Lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Kondisi itu sejalan dengan semakin masifnya konsolidasi dan koordinasi partai-partai politik menjelang hari pemilihan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, janjinya, akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal. Pihaknya juga akan memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi di Ibu Kota.
"Hanya saja, pembangunan infrastruktur DKI Jakarta pada tahun ini diperkirakan tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Kondisi itu akan berpengaruh pada melambatnya pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto dan lapangan usaha konstruksi, sehingga dapat menjadi faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh lebih tinggi dibanding tahun lalu," tegas Sithowati.
Di sisi lain, dia juga menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta selama 2018 lebih tinggi di atas rata-rata nasional. "Ekonomi DKI Jakarta selama 2018 tumbuh 6,17%. Angka ini relatif stabil karena tahun sebelumnya 6,2%."
Sithowati mengakui tetap terja-ganya pertumbuhan ekonomi pada 2018, salah satunya disumbang pertumbuhan konsumsi pemerintah yang cukup tinggi, yakni 16,45%. Hal itu sejalan dengan adanya peningkatan dana pencairan tunjangan hari raya bagi aparatur sipil negara dan pensiunan.
Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap terjaga pada tingkat yang cukup tinggi sepanjang tahun sebesar 6,03%. Itu menunjukkan bahwa kemampuan belanja masyarakat Ibu Kota meningkat, dengan tingkat inflasi sepanjang 2018 yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan lebih rendah, yakni 4,67% terjadi pada investasi, karena pembangunan konstruksi dan infrastruktur yang tidak semasif 2017. Yang menggembirakan ialah pertumbuhan ekspor yang mencapai 8,2%, karena ekspor barang dan jasa, khususnya melalui kedatangan atlet dan ofisial Asian Games," tandas Sithowati.(Ant/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved