Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Masyarakat Diajak Ikuti Pemilu 2019 Damai

Micom
12/11/2018 21:05
Masyarakat Diajak Ikuti Pemilu 2019 Damai
(Ist)

SITUASI perpolitikan menjelang Pemilihan Umum Presiden 2019 yang semakin ramai akhir-akhir ini. Kondisi itu juga tak luput dari perhatian pegiat dakwah perempuan asal Bogor, Jawa Barat, Ratu Erma Rachmyanti.

Dalam pandangannya, mantan Ketua DPP Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu melihat perseteruan politik semakin krusial karena dua kubu calon presiden dan wakil presiden berusaha mencari celah kelemahan masing-masing. Ironisnya, perkembangan media sosial saat ini semakin memperkeruh suasana.

Oleh karena itu, Erma mengajak masyarakat agar lebih dewasa dan cerdas dalam menyikapi setiap perkembangan dan informasi yang ada. Masyarakat diharapkan tidak mudah terprovokasi oleh isu dan lebih bijaksana dalam mempelajari program-program yang ditawarkan oleh masing-masing capres.

"Sebagai umat harusnya lebih cerdas dalam menakar kebijakan yang lebih banyak manfaatnya bagi kepentingan umat (masyarakat). Jangan hanya mengumpulkan informasi tentang keburukan capres, tapi juga mencermati program-program yang ditawarkan," ajak Erma, yang juga merupakan alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB), di Bogor, Jawa Barat, Senin (12/11).

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk lebih memahami pentingnya hidup bernegara, yaitu untuk tercapainya kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Namun, lanjut Erma, hal itu tergantung kepada pemimpinnya. Apabila seorang pemimpin yang diharapkan mampu membawa rakyatnya ke kehidupan yang lebih sejahtera tetapi justru kedapatan melakukan penyelewengan, masyarakat akan kritis terhadap kebohongan yang dilakukannya.

Karena itu, Erma pun mengajak masyarakat lebih cerdas dan bijaksana dalam menyikapi perkembangan politik yang terjadi belakangan ini Agar pelaksanaan Pilpres 2019 bisa berjalan aman dan damai, apalagi dengan masuknya isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang cenderung dipolitisasi dan mengancam perpecahan bangsa.

Ajakan itu dikeluarkan Erma lantaran tingkat kecerdasan politik masyarakat Indonesia secara umum masih rendah, sementara kalangan elite politik cenderung memanfaatkan partisipasi publik hanya pada saat pemilu.

Dalam mencermati pertarungan politik yang ada, ia tidak memungkiri bahwa Islam dijadikan sebagai isu politik dan hanya dijadikan legalisasi. Menurutnya, tahun politik sekarang tidak jauh berbeda dengan tahun politik pada pemilu terdahulu. Masih diwarnai dengan isu saling serang dan perbincangan politik yang meluncur di tengah masyarakat atau medsos makin banyak yang tidak berkualitas.

“Ini adalah sebuah proses pelaksanaan hak masyarakat (pemilu), jadi jangan sampai dicederai oleh hal-hal yang tidak semestinya”, tegas Erma saat dimintai tanggapannya untuk ajakan Pemilu 2019 yang damai. (RO/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik