Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Janur Kuning Membawa Berkah

Akmal Fauzi
13/6/2018 07:49
Janur Kuning Membawa Berkah
(MI/AKMAL FAUZI)

BULAN puasa penuh berkah masih dua hari lagi. Namun, keberkahan sudah dirasakan para perajin ketupat. Pedagang di sepanjang Jalan Palmerah Barat, Jakarta Barat, misalnya, seperti mendapat durian runtuh. Pesanan tak henti-hentinya datang.

Seperti yang dirasakan Arip, 31, pedagang daun ketupat musiman di lokasi tersebut. Puluhan ribu kulit ketupat telah terjual. Harganya bervariasi. Sepuluh lembar kulit ketupat dijual seharga Rp5.000. Dalam sehari ratusan, bahkan ribuan terjual.

"Tinggal ditotalkan saja. Kalau seribu kulit ketupat bisa terjual. Keuntungan bisa mencapai Rp500 ribu dalam sehari. Dan kalau mendekati Lebaran pada H-2 dan H-1, permintaan naik dua atau tiga kali lipat. Keuntungan bisa mencapai jutaan rupiah," jelasnya, Selasa (12/6).

Bulan puasa membawa keberkahan tersendiri baginya. Setiap tahun, keuntungan selalu berlimpah. Rencananya, Arip akan berjualan kulit ketupat sampai H+3.

Diki, 32, pedagang lainnya, optimistis bisa mengumpulkan omzet hingga Rp5 juta sejak membuka lapak pada H-3 Lebaran hingga malam takbiran nanti. "Seperti tahun lalu, kalau ditotal bisa sampai Rp5 juta mentok," tukas Diki.

Ketika kemarin menggelar lapak, ia mengantongi omzet sedikitnya Rp1 juta. Pada H-1, ia sangat yakin omzet akan berlipat dua sampai tiga kali lipat.

Modal Diki memulai usaha penjualan lembaran bungkus ketupat sekitar Rp800 ribu. Dana itu dipakai untuk membeli bahan baku janur sebanyak 4.000 helai, lalu dianyam menjadi kulit ketupat. Anyaman belum selesai, pemesan malah sudah memborong semua.

Kepala Suku Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan (KUMKMP) Nuraini Silviana mengatakan perajin janur dan kulit ketupat sulit ditemukan di wilayah Jakarta Barat. Masih bisa dihitung jari. Oleh karena itu, pedagang laris manis karena pemesan lebih banyak dari ketersedian barang.

Nuraini menilai para pedagang perlu dibina agar produk hasil keterampilan bisa dilestarikan. Namun sayang, saat ini proses pembinaan belum bisa berjalan lantaran pedagang janur masih berjualan di atas trotoar jalan.

"Kami hanya bisa membina pedagang yang berjualan di lokasi sementara dan lokasi binaan. Selain itu, kami tidak mempunyai wewenang. Apalagi yang berjualan di pinggir jalan. Dan yang mempunyai wewenang membina adalah pihak kelurahan dan kecamatan wilayah setempat," ucap dia.

Terkait hal tersebut, koordinasi kepada instansi setempat segera dilakukan. Dalam hal ini dirinya telah mempunyai konsep memperdayakan para pembuat janur bungkus ketupat. Salah satunya ialah menempatkan mereka pada satu lokasi, seperti pasar bunga di Rawa Belong. Dengan demikian, mereka berhak mendapatkan pembinaan dari pemerintah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya