Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Kasus Label Kedaluwarsa, Warga Beralih ke Produk Lokal

Yanurisa Ananta
23/3/2018 10:25
Kasus Label Kedaluwarsa, Warga Beralih ke Produk Lokal
Polisi menata barang bukti seusai menggerebek gudang makanan kedaluwarsa di Tambora, Jakarta Barat, Selasa (20/3/2018)(MI/Pius Erlangga)

“MENU super gampil. Kentangnya dipotong model wedges, campur pakai (minyak) EVOO, keju parmesan dan garlic powder #babyfood #mpasihomemade,” demikian postingan Glien, 28, seorang Ibu muda asal Jakarta Timur di akun Instagram-nya. Sebagai Ibu muda, Glien cukup bermurah hati membagikan cara memasak menu-menu pendamping ASI (MPASI) ke pengikutnya di sosial medianya.

Hampir tiap tiga hari sekali dia membagikan resep memasak serta bahan-bahannya untuk MPASI bagi buah hatinya. Seringkali dalam resepnya itu, dia memasukkan bahan-bahan makanan yang merupakan barang impor. Sudah barang tentu harganya jauh di atas harga bahan pangan lokal. Harga mahal itu diiming-iming dengan jaminan kualitas tinggi.

Namun, temuan Polres Metro Jakarta Barat beberapa waktu lalu terkait modus penggantian label masa kedaluwarsa makanan impor oleh PT Pandawa Rezeki Sejahtera (PRS) membuat Glien cemas. Makanan impor yang dianggapnya lebih terjamin dan berkualitas ternyata bisa mengancam kesehatan sang buah hati.

“Alasan saya pilih makanan impor karena yang pasti kandungan gizinya. Ibu mana, sih yang tidak ingin gizi anaknya terpenuhi? Makanya saya sampai koleksi minyak goreng atau keju-keju impor untuk MPASI anak saya. Tapi ternyata disalahgunakan begini, ya tentu saya jadi waswas,” kata Glien, kemarin.

Sejak Glien menjadi seorang ibu, ia mengakui menjadi lebih teliti dalam membeli barang di pasaran. Ia selalu mengecek tanggal produksi dan tanggal kedaluwarsa bahan makanan sebelum menyerahkannya kepada kasir. Tidak pernah Glien keliru membeli barang dengan masa kedaluwarsa yang sudah jatuh tempo.

Namun, menurut Glien, bila ada modus kriminal yang mengganti label masa kedaluwarsa ia tidak bisa berbuat banyak. Pasrah pada Tuhan dan melihat respons kesehatan si kecil.

“Selama ini sih saya masak si kecil tidak pernah sakit perut atau sakit yang parah. Artinya, masih baik-baik saja. Kalau modus seperti itu kan kita juga susah buat mengecek. Kita percayakan ke supermarketnya. Ya, hati-hati saja,” ujarnya.

Sampai saat ini, Glien mengaku masih akan memberikan MPASI ke anaknya dengan memakai bahan-bahan impor. Namun, dengan mencuatnya modus penggantian label kedaluwarsa ia beralih ke produk lokal. Kehati-hatian makin ditingkatkan. Apalagi kemungkinan modus serupa bisa dilakukan importir lain.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ( YLKI) Tulus Abadi mengatakan dalam kasus ini seharusnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) lebih meningkatkan kewaspadaan. Terlebih di jalan-jalan tikus di kawasan perbatasan, aktivitas impor dilakukan ilegal. “Ini semua tanggung jawab berantai.  (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya