Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
CITA-CITA menyediakan angkot ber-AC sudah dari empat tahun lalu dicanangkan. Namun, kewajiban untuk para pemilik angkot menyediakan AC baru benar-benar diwajibkan pada 4 Februari. Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta menyebut sudah memiliki konsep angkutan yang sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) sebagaimana dalam Permenhub No 29/2015, termasuk spesifikasi AC.
Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengaku siap bila seluruh angkot di Jakarta menggunakan AC. Hingga kini sudah ada empat merek AC yang dinilai cocok untuk digunakan di angkot. Produk tersebut merupakan barang pabrikan, bukan berasal dari modifikasi karoseri.
“Nanti yang dipakai itu beberapa merek itu. Range harganya berbeda-beda sesuai kemampuan pemilik angkot. Terpenting memenuhi kualifikasi SPM, yakni double blower,” tutur Shafruhan, akhir pekan lalu.
Organda pun sudah menghitung. Satu AC di angkot ditaksir berharga Rp15 juta. Harga itu belum termasuk bongkar ducting kendaraan. Menurut Shafruhan, kebanyakan pemilik angkot lebih memilih mengganti angkot dengan kendaraan baru seharga Rp140 juta-Rp160 juta. Sebabnya, jika mereka menggantinya, keseluruhan mesin juga baru.
“Kalau mereka (pemilik kendaraan) umumnya kalau sudah jatuh tempo (10 tahun) lebih baik beli kendaraan baru karena kendaraan baru itu buatan pabrikan. Yang ada sekarang kan karoseri pekerjaan tangan. Pabrikan lebih terjamin kualitasnya,” dalihnya.
Ada uang, ada barang. Begitu pepatah mengatakan. Pelayanan yang lebih baik tentu akan dibarengi dengan kenaikan tarif. Sampai sekarang, ketentuan tarif belum ditentukan untuk angkot ber-AC tersebut. Menurut wacana yang berkembang, bila angkot belum terintegrasi dengan Trans-Jakarta, kenaikan tarifnya bisa sampai Rp2.000.
“Saat ini sedang dihitung. Ancar-ancar kenaikannya sekitar Rp2.000. Itu hitungan kalau belum terintegrasi dengan Trans-Jakarta,” ujarnya.
Bagi warga Jakarta, menaiki angkot, baik mikrolet ataupun metromini, memiliki tantangan sendiri. Dari kondisi hawa panas yang membikin tidak nyaman sampai ancaman penjambretan. Masih segar dalam memori ketika ibu yang membawa anak di angkot T25, saat di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jakarta Timur, dirampok dan dikalungi sebilah pisau.
Di lain kesempatan, Media Indonesia pun sempat bertanya kepada salah satu sopir angkot di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Ia menjawab sebenarnya ia hafal tiap gerombolan copet yang akan beraksi di angkutan. “Tapi ya mau bagaimana lagi? Nyawa saya taruhannya,” tuturnya.
Sudah menjadi rahasia umum transportasi di Jakarta belum aman dan nyaman. Padahal, Jakarta ialah ibu kota negara, ibarat jendela dalam rumah. Melihat Jakarta ibarat melihat Indonesia. (Aya/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved