Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan akan menghentikan sosialisasi dan pendirian spanduk-spanduk terkait penggantian nama Jalan Mampang Raya hingga Jalan Buncit Raya, Jakarta Selatan, menjadi Jalan AH Nasution. Menurutnya, penggantian nama jalan membutuhkan proses panjang. “Dihentikan semuanya (sosialisasi). Penggantian nama itu ada keputusan gubernurnya. Jadi, ikuti proses itu,” tandas Anies, kemarin.
Terlebih dahulu ia akan mengganti Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pedoman Penepatan Nama Jalan, Taman, dan Bangunan Umum. Dengan adanya penggantian kepgub, ia dapat melibatkan elemen masyarakat dalam menggodok nama jalan di Ibu Kota.
“Proses penentuan nama jalan agar melibatkan masyarakat. Komponennya ada sejarawan, budayawan, dan ahli tata kota. Karena itu, kita harus ubah. Nah, proses yang sekarang ada, saya akan hentikan. Saya akan ubah dulu kepgubnya,” imbuhnya.
Anies mengaku belum menandatangani surat persetujuan penggantian nama jalan, baik Jalan Mampang Raya hingga Jalan Buncit Raya, Jakarta Selatan, menjadi Jalan AH Nasution, maupun jalan lainnya.
Sejumlah budayawan Betawi menilai penggantian nama di Jakarta tak menghargai budaya Betawi. Mereka melakukan petisi penolakan penggantian nama jalan.
“Kami memohon Pak Anies Baswedan menyetop upaya penggantian nama Jalan Mampang dan Buncit Raya karena merupakan manifestasi dari nama-nama kampung Betawi,” tukas budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra.
Menurutnya, selama ini banyak nama kampung dan jalan yang mengacu kepada memori kolektif masyarakat Betawi justru lenyap. Misalnya di Pondok Gede, ada nama Kampung Dua Ratus karena luasnya 200 hektare, tapi sekarang sudah hilang dan masuk Kelurahan Halim.
Seperti juga Kampung Pecandran dan Kampung Petunduan yang bukan hanya namanya, tetapi kampungnya pun sudah hilang.
“Gilas roda pembangunan bukan saja telah membuat orang Betawi tergusur dari kampung kelahirannya. Bahkan yang paling mengenaskan, memori sejarah mereka yang hidup di dalam nama-nama jalan juga kampung pun dihilangkan.” (Mal/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved