Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
CITRA ondel-ondel sebagai budaya asli Betawi dicederai sekelompok pengamen ondel-ondel keliling. Alih-alih memperkenalkan budaya dan seni khas Betawi, kelompok ondel-ondel keliling ini justru kerap meresahkan warga.
Salah satunya sanggar ondel-ondel di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat.
Aksi mereka mengamen berkeliling tak mengenal situasi dan kondisi. Datang bergerombol, mereka kerap membuat kegaduhan di kala warga sedang terlelap beristirahat di malam hari.
Kehadiran pengamen ondel-ondel ini memicu pertengkaran dan perkelahian dengan warga. Salah satunya, kelompok ondel-ondel yang ada di Gang Naviri, Percetakan Negara II, Jakarta Pusat. Kurang lebih satu tahun mereka tinggal di sana.
“Dulu waktu mereka tinggal di sini sering banget ada tawuran. Yang paling parah ialah tawuran sesama kelompok ondel-ondel. Lemparan batu dan benda keras merusak mobil dan rumah warga,” Ujar Junaidin, salah seorang warga Gang Naviri saat ditemui Media Indonesia, kemarin.
Baru sekitar dua pekan kelompok ini tinggal di Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat. Mereka menempati rumah kontrakan di RT 15/ RW 04. Namun, kehadiran mereka sudah menimbulkan banyak permasalahan.
Bukan hanya meresahkan, kelompok ini pernah dipergoki warga mengonsumsi obat-obatan terlarang.
“Kemarin saya menangkap mereka lagi menyabu pukul 17.00. Mereka bertiga lagi pakai sabu,” kata Nursia, waga sekitar.
Namun, pentolan kelompok ini tak mengaku ada anggotanya yang mengonsumsi barang haram tersebut. Hingga akhirnya masalah ini diselesaikan pihak RT setempat dan diancaman akan menyerahkan ke pihak berwajib.
“Saya sudah memanggil salah satu dari penyewa rumah dan menanyakan pelaku yang tertangkap. Tapi, mereka tidak me-ngakuinya sebagai salah satu dari mereka hingga akhirnya mengaku,” ujarnya.
Diduga, jelas Nur, jumlah pengguna sabu mencapai tiga orang. Dua di antaranya dikategorikan anak di bawah umur. Keduanya sudah putus sekolah dan diperkerjakan sebagai pengamen ondel-ondel.
Ketua RT setempat memilih menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan. Ketiganya diusir dari lingkungan sekitar dan kasus ini pun tak sampai ke telinga aparat.
Sementara itu, Kepala Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban Tindak Kekerasan Dinsos DKI Jakarta Hendri mengatakan, ondel-ondel yang melakukan aktivitas meminta-minta masuk dalam kategori pengemis.
Ia bersama 425 satgas Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) yang tersebar, terus berupaya untuk memantau, menjaring, serta melakukan pembinaan bagi para pengemis maupun jenis PMKS lainnya. Terhitung pada 2017 lalu terdapat sebanyak total 1.315 kasus pengemis, di lima wilayah Jakarta yang tertangani Dinsos.
“Kita lihat dari aktivitasnya, meskipun bawa kecrekan atau alat musik seadanya, tapi kan tujuannya meminta-minta. Jadi kategorisasinya ke dalam golongan pengemis,” ujar Hendri, kemarin.
Sri Widowati, Kepala Seksi Resos Anak dan Lansia Dinas Sosial DKI Jakarta menambahkan, sebelum berusia 18 tahun ke atas, seseorang masih masuk kategori anak-anak. Mereka memiliki hak-hak yang harus dipenuhi orangtuanya. Seperti bermain dan memperoleh pendidikan.
Sri mengajak warga menjadi kontrol sosial jika melihat anak - anak telantar atau dijdikan pengamen melapor ke kecamatan. Sebab, Dinsos telah menerjunkan 44 satu-an pelaksana di setiap kecamatan di DKI Jakarta. (J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved