Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
SARKOWI, 55, tiap hari harus bergelut dengan debu yang mengepul dan padatnya kendaraan yang terjebak macet di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, sejak proyek pembangunan stasiun MRT dimulai.
Pria yang bekerja sebagai juru parkir di depan salah satu toko permadani di dekat Jalan Haji Nawi itu mengaku kemacetan masih terjadi meski kini pengerjaan proyek itu dihentikan sementara.
Apalagi di titik macet yang menurutnya paling signifikan, pengguna jalan bisa menunggu lama dalam diam sebelum bisa melaju. Di sejumlah titik, memang ruas jalan menyempit akibat pembangunan.
“Macet parahnya di sini nih karena jalannya paling sempit jika dibandingkan dengan yang lain. Entah kapan mau selesai, stres juga lihat macetnya tiap hari,” ujarnya memulai obrolan dengan Media Indonesia, beberapa pekan lalu.
Tak hanya jalan yang menyempit, kondisi tanah di sepanjang Jalan Fatmawati pun ‘keriting’. Proyek pembangunan itu pun menyumbang alasan penyebab macet. Dengan kondisi jalan demikian, pengendara harus mengemudi dengan lambat.
Meski sudah disiasati dengan pengalihan rute di sejumlah persimpangan serta pemasangan portal di lokasi yang sering disambangi kendaraan berat dari proyek, macet tetap tak terhindarkan.
Namun, belakangan, stres yang dirasakan Sarkowi berkurang sedikit sejak proyek itu dihentikan sementara. Stres yang berasal dari suara bising proyek itu tak menghiasi lagi hari-hari pria yang tinggal jalan Haji Nawi itu.
Menurut pengamatannya, sudah lebih dari satu bulan tak ada aktivitas pengerjaan proyek di sekitar tempatnya bekerja. “Padahal, kalau dulu saban hari kerja ketak-ketuk berisiknya minta ampun. Sekarang sepi,” tuturnya.
Meski senang stresnya berkurang, Sarkowi berharap proyek senilai triliunan rupiah itu cepat dilanjutkan. Bagaimanapun ia ingin pembangunan MRT di kawasan itu lekas-lekas selesai.
“Semakin cepat dilanjutkan pembangunan itu, makin cepat selesainya. Biar pembeli enggak malas lagi lewat sini,” ujarnya.
Dampak pembangunan stasiun MRT di jalan itu, menurutnya, membawa kerugian bagi sejumlah pemilik toko di sana. Dia mengaku sudah bosan mendengar gerutuan para pemilik toko karena laba mereka berkurang akibat macet dan debu yang membuat orang malas ke Fatmawati.
“Banyak nih pemilik toko di sini mengomel, termasuk di tempat saya jaga parkir. Akan tetapi, mereka pakai bahasa India. Saya tidak tahu pasti artinya tapi jelas mereka marah-marah,” paparnya. (Sri Utami/J-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved