SEJAK 21 Februari lalu seluruh halte bus Trans-Jakarta resmi menerapkan sistem e-ticketing.
Tujuannya mengurangi jumlah antrean penumpang di halte pemberangkatan, terutama pada saat membeli tiket.
Direktur Utama PT Trans-Jakarta Antonius NS Kosasih mengatakan, setelah full e-ticketing diterapkan, banyak manfaat dan keuntungan yang didapatkan.
Selain mengurangi jumlah antrean di loket, kebocoran penjualan tiket juga dapat dihindari.
"Penerapan e-ticketing melalui uji coba terlebih dahulu. Koridor IV dan VI yang terakhir menerapkan e-ticketing mulai Agustus 2014 sudah melampaui masa uji coba. Hasilnya di loket beberapa halte pada dua koridor itu antrean jauh berkurang," papar Kosasih,
Selain itu, penghapusan penjualan tiket secara manual membuat PT Trans-Jakarta tidak lagi harus menyediakan 2 ton uang koin pecahan Rp500 per hari untuk melayani transaksi pembayaran tersebut.
Namun, ujar Kosasih, permasalahan utama bukan dari aspek itu.
Membeludaknya jumlah penumpang di beberapa halte disebabkan tidak berimbangnya antara pertumbuhan jumlah penumpang dan sarana prasarana bus.
Saat bus Trans-Jakarta mulai dioperasikan 11 tahun lalu hingga kini, terjadi peningkatan penumpang 25 kali lipat.
Peningkatan tersebut tidak sepadan dengan daya tampung halte yang nyaris tidak bertambah.
"Mulai dari bus sampai kapasitas halte harusnya turut mengikuti pertumbuhan penumpang. Pembuatan halte sebelumnya tidak didesain dan direncanakan untuk menampung pertumbuhan jumlah penumpang yang secepat ini. Pada 2004, jumlah penumpang hanya 12 ribu orang per hari. Tapi sekarang meningkat jadi 350 ribu," terangnya.
Dalam menyikapi antusiasme pengguna angkutan massal tersebut, tuturnya, PT Trans-Jakarta selaku pengelola bus itu telah menyusun tiga terobosan untuk lebih meningkatkan pelayanan.
Ketiga target yang harus dilakukan dalam jangka waktu dekat itu meliputi penambahan armada bus, renovasi halte, serta integrasi tiket dengan moda transportasi lain.
Menurut rencana, tahun ini akan ada 52 bus tambahan. Sebanyak 15 unit di antaranya mulai dioperasikan Juni mendatang, sedangkan sisanya didatangkan bertahap hingga akhir tahun.
Terkait dengan renovasi halte, jelas Kosasih, selain memperluas, pihaknya akan melengkapinya dengan toilet, kafetaria, dan jaringan wi-fi.
Berbagai fasilitas tersebut diharapkan dapat menarik minat lebih banyak pengguna kendaraan pribadi agar segera beralih ke kendaraan umum.
"Penambahan bus juga bisa dilakukan lewat CSR (corporate social responsibility) dari perusahaan swasta. Untuk pembangunan halte, tahun kemarin (2014) sudah coba kita anggarkan, tapi ditolak," ujarnya.