Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
PENDIDIKAN finansial sebaiknya mulai dikenalkan kepada anak sejak dini sehingga bermanfaat untuk masa depan. Itulah yang diterapkan oleh pemengaruh Anissa Aziza kepada dua anaknya yang berusia 5 tahun dan 3,5 tahun.
Anissa mengungkap budaya konsumtif sangat berbahaya. Oleh sebab itu, penting membangun kebiasaan tak konsumtif sejak dini. Anissa pun membagikan pengalamannya mengajarkan anak mengelola keuangan sesuai usia dalam acara Webinar Shopee Peran Keluarga, Kunci Anak Tumbuh Bahagia yang digelar secara daring pada Selasa (23/7).
Cara pertama mengajarkan pengelolaan uang yakni dengan melatih kesabaran anak. Anak diajarkan sabar menunggu untuk membeli barang atau hal yang diinginkan.
Baca juga : Selamat Hari Anak Nasional, Ini 5 Kebiasaan yang Harus Diajarkan Sejak Kecil
Orangtua harus bisa menolak, tidak semua yang diminta anak harus dipenuhi.
"Kalau misalnya suatu kewajiban atau kebutuhan itu harus, beda kalau anak ingin mainan, itu enggak langsung dibelikan. Ini mengajarkan kalau enggak semua hal bisa didapatkan," kata Anissa.
Orangtua juga perlu memberikan penjelasan mengapa tidak langsung mengiyakan apa yang diminta oleh anak. Berilah penjelasan ke anak dengan kata-kata yang mudah dipahami.
Baca juga : 5 Langkah Mudah Membuka BRIFINE lewat Aplikasi BRImo
Hal penting lainnya ialah mengajak anak mengobrol tentang apa yang ia mau kemudian mendiskusikan mengapa harus menunggu untuk membeli barang tersebut.
"(Misalnya) Kakak mau apa? Kenapa kakak mau itu? Maaf banget mama enggak bisa beliin sekarang karena mama harus kumpulin uang dulu. Kenapa? (anak menanyakan). Iya soalnya kalau mau beli sesuatu harus kumpulin uang dulu," ungkap Anissa.
Membuat garis waktu atau timeline juga penting untuk mengajarkan anak mengetahui kapan bisa membeli sesuatu yang ia inginkan.
Baca juga : Aku Menabung untuk Berkurban
"Kalau beli mainan boleh, tapi cuma awal bulan aja, jadi di waktu lainnya masa tunggu," kata Anissa.
Anissa bersama suami sudah menerapkan pendidikan finansial kepada anaknya secara bertahap sesuai usia.
"Anak-anak aku udah mulai dapat endorsement, tapi sebelum aku terima, tanya anaknya dulu. Kalau enggak, kita tidak ambil (endorsement). Kalau (anak) mau, oke. Ketika ada persetujuan dari anak, mereka harus tahu kalau syuting dapat bayaran," ucap Anissa.
Baca juga : Pemulung Naik Haji, Diarak Menggunakan Gerobak Sampah
Anissa juga mengajak anak untuk menabung uang dari hasil endorsement. Dalam tahap ini, anak perlu diberikan pemahaman mengapa harus menyimpan uang.
"Kenapa kita harus nabung? Karena kita bisa beli apa yang dibutuhkan. Jadi mereka tahu kalau membeli sesuatuitu dengan uang, nah uang didapat ketika berusaha. Itu tujuannya tapi dikasih tahunya secara pelan," papar Anissa.
Usai anaknya mendapatkan uang dari hasil endorsement, Anissa langsung mengajak sang anak untuk menyisihkan, dimasukan dalam celengan. Jika sudah penuh, anak bisa membuka dan membeli apa yang diinginkan.
"Mereka (anak) tahu bahwa uang itu harus didapatkan dengan berusaha," pungkas Anissa.(M-3)
Sebanyak 53% pekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka menabung lebih sedikit dari rencana, hanya 23% yang mampu menabung lebih banyak dari yang ditargetkan.
Kebiasaan kecil seperti mencatat pengeluaran, menyisihkan uang jajan, hingga mengenali produk keuangan yang aman, akan sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku finansial jangka panjang
PENGELOLAAN keuangan yang baik sangat penting. Sebab, apabila kondisi keuangan memburuk akan berujung pada tumpukan hutang dan berujung pada "gali lubang tutup lubang"
Penting untuk mengecek apakah ada pos keuangan yang terganggu, tabungan yang terpakai, atau bahkan utang yang timbul akibat pengeluaran saat Lebaran.
Anak biasanya mendapatkan THR dengan jumlah yang cukup banyak. Ini salah satu kesempatan untuk lebih mengajarkan ke anak tentang pengelolaan keuangan
Sebanyak 53.5% responden memiliki tabungan khusus untuk hiburan dan konser. Sebanyak 38.6% membeli tiket konser secara spontan tanpa perencanaan anggaran
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved