Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Kenali Sejarah Sarung

Nike Amelia Sari
07/5/2024 11:00
Kenali Sejarah Sarung
Perajin Sarung di Indonesia(MI/Supardji Rasban)

SIAPA yang tak kenal sarung? Lembaran kain yang dua bagian ujungnya disatukan hingga membentuk seperti tabung terbuka bagian atas dan bawahnya. Tak hanya nyaman dikenakan baik untuk beribadah maupun sehari-hari, sarung juga memiliki corak dan motif menarik hingga membuat tampilan stylish.

Sarung tak hanya kerap dipakai menjadi pakaian sehari-hari, tetapi juga sebagai item fesyen penunjang acara formal. Sehingga sarung tak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia. Lalu, apakah sarung berasal dari Indonesia?

Untuk diketahui, sarung bukan pakaian asli orang Indonesia, tetapi masuk Tanah Air sekitar abad ke-14 seiring dengan masuknya Islam. Salah satu teori masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Arab, termasuk Yaman (Hadramaut). Sarung diperkenalkan oleh orang-orang Hadramaut (Yaman) ketika mereka datang ke Indonesia. 

Baca juga : AS Klaim Jatuhkan Rudal Anti-Kapal Houthi dan 4 Drone

Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr. H. M. Nurul Humaidi, M.Ag. mengungkapkan akibat interaksi, masyarakat Indonesia meniru kaum pendatang dari Yaman. Namun, di balik itu, orang Hadramaut menggunakan sarung bukan sebagai pakaian resmi, tetapi sebagai pakaian tidur atau santai.

Dalam pandangan Islam, sarung memiliki manfaat yang sama dengan pakaian lain yaitu sebagai penutup aurat dan ekspresi dari sopan santun dalam masyarakat. Karena awalnya dikenakan oleh pendatang dari Yaman yang beragama Islam, penganut agama Islam di Indonesia juga mengikuti cara muslim pendatang tersebut dalam berpakaian. 

Terlebih ketika penjajah Belanda datang ke Indonesia dengan pakaian model Eropa, bangsa Indonesia yang menganut agama Islam semakin memperkuat jati diri melalui sarung. Ini pun upaya menolak orang-orang Eropa beserta atribut yang dikenakan, yakni pakaian ala Eropa. Karenanya, bisa dikatakan sarung merupakan salah satu bentuk perlawanan masyarakat muslim Indonesia terhadap Belanda. 

Baca juga : Militer AS Klaim Hancurkan Puluhan Drone serta Rudal Kiriman Iran dan Yaman

“Bahkan ketika itu, sampai ada fatwa yang mengharamkan model pakaian seperti Belanda (penjajah). Sehingga, sarung menjadi atribut yang mengandung identitas keagamaan Islam,” ujar Nurul seperti dikutip dari situs resmi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (30/4).

Tidak banyak negara yang mengenal sarung sebagai pakaian resmi. Selain di Indonesia, sarung juga dikenal masyarakat muslim di Malaysia dan Brunei. Dua negara tersebut masih serumpun dengan Indonesia yang disebut bangsa Melayu. 

“Jadi ini menjadi kebiasaan kaum muslim yang menggunakan sarung untuk berpakaian, tidak ada dalil yang secara tegas menganjurkan atau mengharuskan memakai sarung untuk berpakaian atau beribadah. Dalil yang ada hanya menutup aurat dan menghiasi tubuh,” tambah Nurul. 

Nurul menjelaskan sarung merupakan produk budaya Indonesia yang diadopsi dari kaum pendatang Yaman. Maka, sarung boleh digunakan atau tidak, sama seperti model pakaian yang lain. Masyarakat boleh memakai pakaian apapun selama fungsinya untuk melindungi tubuh, menutup aurat, dan berdasarkan asas kepantasan.(M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik