BEBAS alkohol dan tidak ada perlombaan baju renang seperti yang umum ditemui di ajang kontes kecantikan.
Akan tetapi, pada Sabtu (19/12), pesta pemilihan Ratu Kecantikan Irak yang pertama dalam empat dekade itu sukses digelat di tengah huru-hara keamanan yang mendera.
"Sebagian orang di luar sana berpikir kita tidak mencintai kehidupan," kata Humam al-Obeidi, penyelenggara kontes kecantikan di ballroom Hotel Baghdad, tempat pesta diadakan.
Hari itu menjadi momen paling bahagia bagi Shaima Qassim, 20.
Perempuan berperawakan tinggi dan bermata hijau dari kota multietnik Kirkuk itu keluar sebagai pemenang.
Mata hijaunya berbinar saat mahkota yang berkilau disematkan di kepalanya.
Keputusan juri tampaknya seirama dengan orang-orang yang hadir, terutama di baris belakang.
Di sana anak-anak muda berjenggot dan berblazer berdiri di kursi mereka sembari meneriakkan nama Shaima.
"Saya sangat senang melihat Irak bergerak maju," kata ratu kecantikan yang baru itu kepada AFP.
"Acara ini mengagumkan dan memberikan senyum di wajah para warga Irak."
Dia berjanji akan menggunakan gelar dan kesempatan yang diraihnya untuk mengembangkan fasilitas pendidikan di negara yang sedang menghadapi masalah baru-baru ini.
Seorang peserta acara membeberkan Shaima akan bekerja untuk rekonstruksi bendungan Mosul yang membutuhkan perbaikan segera karena mengancam seluruh negara.
Sebelumnya, delapan finalis telah mengunjungi kamp pengungsi di Baghdad sebagai bagian dari kegiatan prakontes mereka.
Suzam Amer, 22, seorang gadis dari kota Kurdi Sulaimaniyah, menggambarkan kontes kecantikan lebih dari sekadar selingan di Irak.
Sementara itu, Hana Edwar dari Human Rights Activist berkeyakinan situasi di Irak akan menjadi normal pada waktunya.
Meski gaun yang dikenakan kali ini semua di bawah lutut, para finalis atau peserta kontes ratu kecantikan tetap dilarang mengenakan jilbab.
Kontes tersebut tampaknya menitikberatkan pada aktivitas amal untuk membangun Irak.
Masalah keamanan menghantui ajang itu sehingga harus direlokasi dari Basra ke Baghdad.
Dua kontestan keluar dari kompetisi setelah menerima ancaman kematian.
Penyelenggara mengatakan mereka dituduh 'mendukung Zionisme'.
Kontes kecantikan terakhir untuk memilih 'Miss Irak' diadakan pada 1972.
Kala itu Irak berada dalam situasi damai dan tengah bergerak maju di bawah pemerintahan yang dipimpin oleh pendahulu dan sepupu Saddam Hussein, Presiden Ahmed Hassan al-Bakr.