Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Hidup kian Berat setelah Kasus Jong-nam

13/3/2017 08:29
Hidup kian Berat setelah Kasus Jong-nam
(Para imigran perempuan Suriah tiba di pangkalan Angkatan Udara Subang di Subang, Kuala Lumpur, Malaysia-- AFP / Malaysia OUT)

DENGAN mengenakan celana pendek dan sepatu hak tinggi, Li Nang berdiri di depan patung dewi emas berkalung bunga Marigold dan untaian lampu di Kuala Lumpur, Malaysia. Perempuan berusia 25 tahun yang resah itu tengah berdoa.

Pekerja migran itu berdoa untuk kelancaran pekerjaan dan keselamatan dirinya. Li adalah salah satu dari pekerja perempuan tanpa dokumen yang tengah menjadi sorotan, setelah Kim Jong-nam dilaporkan tewas diracun dua perempuan migran--Siti Aisyah asal Indonesia dan Doan Thi Huong asal Vietnam--di Bandara Kuala Lumpur bulan lalu.

Sejak itu polisi Malaysia meningkatkan tindakan keras. Keberadaan pekerja seperti Li yang selama ini sudah rentan pun semakin genting.

Pekerja prostitusi asal Vietnam itu pun terus bertukar pesan dengan adiknya di Ho Chi Minh, semata-mata untuk meyakinkan keluarga akan keselamatan dirinya. “Saya bilang, ‘Saya harus mengambil risiko. Apa pilihan yang saya miliki? Saya butuh uang’,” Li berkisah kepada AFP dalam sebuah bar remang-remang.

Rasa takut juga meliputi Mika, pelayan asal Filipina. Ia khawatir akan ditangkap polisi yang makin intensif memburu pekerja ilegal pascakematian Jong-nam. Bahkan tiga teman Mika yang bekerja di bar yang sama telah ditahan polisi.

“Untung saya libur hari itu. Saya pikir Tuhan telah menyelamatkan saya,” tutur perempuan yang merupakan orangtua tunggal itu.

Dia sebelumnya membayar 3.600 ringgit kepada sebuah agen tenaga kerja untuk mengamankan visa kerja jangka panjang. Namun, sial nasib Mika, dirinya telah ditipu.
“Sekarang saya hidup dalam ketakutan terus-menerus. Saya tidak ingin ditangkap,” lanjutnya.

Perempuan 35 tahun itu kini hanya punya visa bulanan. Sebelum visa itu berakhir, dia akan pergi ke Thailand dan menghabiskan tiga malam di sana sembari menunggu visa baru setelah membayar 1.000 ringgit lagi kepada agen. “Hidup berjalan terus seperti ini setiap bulan,” ujarnya lirih.

Malaysia, kekuatan ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara, sangat bergantung pada tenaga kerja asing. Negeri jiran itu telah menjadi tujuan para migran melalui kontrak kerja formal ataupun tidak.

Banyak juga yang memanfaatkan izin kerja 30 hari di Singapura dan Malaysia. Mereka melakukan perjalanan bolak-balik antara dua atau tiga negara, mencoba mendapatkan sebanyak mungkin keberuntungan.

Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pelayan, tukang pijat, bahkan pelacur. Hidup dalam cengkeraman sistem yang keruh dan rentan dieksploitasi atau dilecehkan polisi yang kadang memeras mereka untuk suap. (AFP/Indah Hoesin/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya