Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Erdogan Berang Belanda Bergeming

Irene harty
13/3/2017 08:26
Erdogan Berang Belanda Bergeming
(AFP / OZAN KOSE)

PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan meng­ancam Belanda harus ‘membayar’ keputusan mereka melarang Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berkunjung. Erdogan pun menyebut tindakan itu bergaya Nazisme.

“Hei, Belanda! Jika kalian mengorbankan hubungan Turki-Belanda demi pemilihan umum Rabu (pemilu Belanda), kalian akan terima akibatnya,” ujar Erdogan penuh kemarahan dalam upacara di Istanbul, kemarin.

Cavusoglu berniat mengumpulkan dukungan melalui penggalangan massa untuk refe­rendum perluasan kekuasaan Erdogan. Pemerintah Turki berpendapat perubahan akan menjamin stabilitas dan menciptakan pemerintahan yang lebih efisien, tapi pihak lawan mengatakan itu akan menyebabkan kekuasaan otoriter dan memicu ketegangan dalam masyarakat yang beragam.

Keputusan Belanda melarang gelaran aksi damai di kota pelabuhan Rotterdam datang setelah Jerman dan negara Eropa lainnya memblokade acara serupa. Namun, beda dengan larangan Jerman yang dikeluarkan otoritas lokal, pemerintah Belanda langsung memblokade kunjungan kenegaraan Cavusoglu.

“Mereka adalah sisa-sisa Nazi, mereka fasis. Laranglah menteri luar negeri kami sesuka kalian, tapi mulai sekarang mari kita lihat bagaimana kunjungan Anda ke Turki,” kata Erdogan. Dia menuduh Belanda menentang upaya pemulihan diri Turki setelah percobaan kudeta 16 April lalu. Dia juga mengatakan Belanda bersekongkol dengan kelompok teroris.

Sekitar 1.000 orang menggelar protes dengan membawa bendera Turki di luar konsulat di Rotterdam. Kementerian Luar Negeri Turki juga tidak tinggal diam. Mereka melayangkan pemberitahuan bahwa Duta Besar Belanda ditolak kembali dari liburannya ke Turki. Kedutaan Besar Belanda di Ankara dan konsulat di Istanbul telah ditutup karena alasan keamanan.

Pemerintah Belanda mengatakan telah memberi tahu Turki, mereka tidak bisa kompromi menyoal ketertiban umum dan keamanan. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyebut kritik Erdogan itu gila. “Saya mengerti mereka marah tapi ini sudah keluar batas. Saya benar-benar berpikir kami membuat keputusan yang tepat di sini,” tuturnya.

Dua menteri ditolak
Cavusoglu mengatakan larang­an itu tidak dapat diterima. “Mengapa kamu memihak dalam re­ferendum? Apakah Menlu Turki teroris?” sindirnya. Dia akhirnya terbang ke Prancis, kemarin, untuk menggalang massa di Kota Metz, bagian timur Prancis.

Selain Cavusoglu, Menteri Kebijakan Sosial dan Keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya diusir dari Belanda. Dia kembali ke Istanbul setelah digiring ke perbatasan Jerman oleh polisi Belanda. “Kami mengalami perlakuan kasar, perlakuan yang sangat jelek untuk menteri perempuan. Sebagai menteri dan pemegang paspor diplomatik, saya tidak perlu izin untuk menemui warga negara di konsulat kami, yang dianggap wilayah Turki,” kata Kaya di Bandara Ataturk Istanbul.

Dia mengaku dihentikan 30 meter dari konsulat dan tidak diperbolehkan masuk, sedangkan kepala konsulat tidak diizinkan keluar gedung untuk menemui mereka. Peristiwa itu terjadi berjam-jam. “Kami diperlakukan tidak manusiawi dan bermoral. Kami melewati malam yang pahit di Belanda,” imbuhnya. (AFP/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya